Air Isi Ulang Diduga Bisa Mengakibatkan Infeksi Amoeba

Seorang balita dari Lamongan tewas akibat infeksi amoeba yang diduga berasal dari air isi ulang. Simak Selengkapnya di sini!

Air Isi Ulang Diduga Bisa Mengakibatkan Infeksi Amoeba
Air Isi Ulang Diduga Bisa Mengakibatkan Infeksi Amoeba. Gambar : Ilustrasi Canva

BaperaNews - Sebaiknya berhati-hati bagi mereka yang masih mengonsumsi air isi ulang, utamanya bagi anak-anak. Seorang pengguna media sosial mengisahkan pengalaman buruknya akibat mengonsumsi air isi ulang yang langsung diminum. Seorang ibu dari balita perempuan berbagi cerita tentang sakit anaknya.

Bermula dari keluhan anak balitanya yang mengeluh sakit perut dan sempat dianggap cacingan, si ibu membeli obat cacing. Namun, keluhan ternyata tidak mereda dan si anak kemudian dibawa ke dokter. Dari sini semua terkuak.

Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium menunjukkan si anak mengalami infeksi yang disebabkan oleh amoeba atau amebiasis. Setelah ditelisik lebih lanjut, si ibu berkesimpulan, yang dikuatkan oleh dokter, bahwa amoeba berasal dari air isi ulang yang mereka konsumsi. Sebab selama ini si anak diketahui tidak pernah jajan di luar.

Amebiasis dikenal sebagai penyakit yang disebabkan oleh parasit amoeba Entamoeba histolytica.

Mengenal Amebiasis dan Gejalanya

Amebiasis atau amebiasis merupakan penyakit akibat infeksi parasit Entamoeba histolytica pada usus. Penyakit ini sering terjadi di negara tropis dan negara dengan sistem sanitasi yang buruk, Indonesia salah satunya.

Amebiasis terjadi akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi larva E. histolytica. Amebiasis juga dikenal sebagai disentri amoeba.

Baca Juga: Kemenkes Buka Suara soal Bayi di Sukabumi Meninggal Usai Disuntik 4 Jenis Vaksin

Jika tidak tertangani dengan tepat, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi serius berupa penyebaran infeksi parasit ke otak atau hati.

Gejala umum seorang yang menderita penyakit ini adalah diare atau kram perut. Pada kasus yang parah, penderita dapat mengalami demam dan penyakit kuning. Gejala muncul 7–28 hari setelah seseorang terinfeksi parasit.

Pada sebagian besar kasus, penderita akan mengalami:

  • Diare
  • Kram perut
  • Buang angin berlebihan
  • Tubuh terasa sangat lelah.

Jika dibiarkan tanpa penanganan medis, parasit ini bisa menyebar ke hati melalui pembuluh darah dan menyebabkan abses hati (kumpulan nanah). Jika kondisinya sudah parah, muncul gejala:

  • Nyeri parah di perut bagian atas
  • Disentri atau diare dengan tinja yang bercampur lendir dan darah
  • Demam tinggi
  • Muntah-muntah
  • Perut bengkak
  • Sakit kuning.

Penyebab Amebiasis

Parasit masuk ke dalam tubuh terutama dengan perantara makanan dan minuman, beberapa kemungkinan lain di antaranya:

  • Menyentuh tanah, air, pupuk, atau kotoran yang terkontaminasi E. histolytica dan tidak mencuci tangan dengan baik.
  • Mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak dimasak, membersihkan buah dan sayur dengan air yang terkontaminasi parasit, dan dimakan mentah.
  • Untuk orang dewasa, perlu diketahui bahwa parasit E. histolytica ini juga bisa menular langsung dari penderita ke orang lain dengan cara berhubungan seks oral dan anal.

Infeksi E. histolytica dapat berkembang makin parah jika terdapat beberapa faktor berikut:

  • Mengalami kecanduan alkohol
  • Menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
  • Mengalami malnutrisi
  • Menderita kanker
  • Sedang hamil.

Cara Pencegahan Amebiasis

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari parasit masuk ke dalam tubuh di antaranya:

  • Selalu masak air minum dan makanan dengan baik, terutama jika dikonsumsi oleh anak-anak dan lansia yang daya tahan tubuhnya lebih rentan.
  • Pastikan air yang dipakai dalam rumah tangga tidak tercemar tinja. Beri jarak aman antara sumber air dan septictank.
  • Hindari makanan dan minuman dari luar yang tidak higienis.
  • Biasakan cuci tangan dengan sabun di air mengalir, terutama setelah buang air kecil atau besar, sebelum dan sesudah makan, setelah mengganti popok bayi, atau melakukan aktivitas lain yang membuat tangan kotor, misal setelah berkebun.

Selalu perhatikan kebersihan diri dan lingkungan untuk menghindari risiko infeksi amoeba yang berbahaya, terutama bagi anak-anak yang daya tahan tubuhnya masih rentan.

Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita bisa menghindari infeksi amoeba dan menjaga kesehatan keluarga kita.

Baca Juga: Kemenkes Beri Anggaran Rp1 M untuk Beli 1 Juta Kondom