Kasus ISPA Meningkat Usai Polusi Jabodetabek Memburuk

Kemenkes mengungkap kasus ISPA meningkat usai polusi yang memburuk di wilayah Jabodetabek. Simak selengkapnya!

Kasus ISPA Meningkat Usai Polusi Jabodetabek Memburuk
Kasus ISPA Meningkat Usai Polusi Jabodetabek Memburuk. Gambar: Unsplash/Dok. Andri Aprianto

BaperaNews - ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) disebut sebagai penyakit yang paling mudah muncul akibat paparan polusi udara. Kemenkes mengungkap kasus ISPA meningkat di Jabodetabek seiring dengan polusi udara yang terus memburuk. Polusi Jabodetabek secara langsung berdampak pada masyarakat baik itu anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.

“Kita tidak bisa bilang cuaca ada pengaruh berapa persen ya tapi kita bisa melihat ada tren kasus ISPA meningkat seiring dengan naiknya kadar polusi udara. Kalau secara umum seminggu ini polusi Jabodetabek meningkat sejak Senin (4/9)” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi hari Sabtu (9/9).

Kasus ISPA meningkat paling banyak terjadi di Jakarta Timur sebanyak 3.115 per Selasa (5/9) dimana jumlah ini meningkat dibanding hari Rabu (30/8) yang jumlahnya 2.419.

Baca Juga : Babinsa Cukur Puluhan Siswa SMP di Purwakarta, Kenapa?

Kasus pneumonia di Jakarta Barat menjadi yang tertinggi per Rabu (6/9) sebanyak 84 disusul oleh Bogor 79 kasus, Tangerang 36 kasus. Kasus pneumonia paling tinggi tercatat di Bogor pada hari Senin (4/9) sebanyak 192.

“Proporsi kasus ISPA secara menyeluruh masih didominasi usia 17-50 tahun tapi kalau pneumonia itu lebih banyak ke balita karena balita kan pendek saluran pernafasannya jadi dia lebih rentan” imbuh Imran.

Kasus ISPA non pneumonia terjadi 55% pada penduduk umur produktif dan kasus ISPA pneumonia terjadi 55% pada balita. Maka untuk penanganan harus dilakukan dari dasarnya yakni mengatasi polusi udara dan membuat polusi Jabodetabek berkurang dengan cara mengontrol kualitas udara dan mensosialisasikan dampaknya untuk warga.

Upaya pemantauan kualitas udara telah dilakukan 647 Puskesmas Jabodetabek dengan alat Air Quality Monitoring System/ AQMS yang lengkap dengan laboratorium rujukan dan mobile lap untuk mengidentifikasi jenis serta sumber polutan.

Baik pemerintah maupun Kemenkes sulit untuk mengatasi polusi udara jika tidak ada kerjasama dari masyarakat. Begitu banyak kendaraan berasap di Jabodetabek ditambah pabrik, sampah yang dibakar masyarakat, dan sumber polusi lain.

Masyarakat perlu memulai dari diri sendiri dengan cara mengurangi pemakaian kendaraan pribadi, uji emisi rutin pada kendaraannya, beralih ke kendaraan listrik, tidak membakar sampah atau buang sampah sembarangan, juga untuk mencegah dampaknya bisa memakai masker ketika keluar rumah dan menghindari keluar rumah jika tidak perlu.

Baca Juga : Kakak-Beradik Diduga Jadi Bandar Narkoba di Gang Suluk Kampung Pajak