Viral Video Suku Pedalaman di Halmahera Halangi Buldoser Tambang Nikel

Video viral menunjukkan suku pedalaman Indonesia, suku Tolaki, yang berusaha menghalau buldoser perusahaan tambang nikel dari hutan mereka.

Viral Video Suku Pedalaman di Halmahera Halangi Buldoser Tambang Nikel
Viral Video Suku Pedalaman di Halmahera Halangi Buldoser Tambang Nikel. Gambar : Dok. Survival International

BaperaNews - Sebuah video viral menunjukkan aksi suku pedalaman Indonesia yang menghadang buldoser perusahaan tambang nikel. Video ini memperlihatkan sekelompok orang yang merupakan anggota suku Hongana Manyawa yang tinggal di hutan dan belum pernah menjalin kontak dengan dunia luar. 

Video ini diunggah oleh akun Facebook Survival International pada Selasa, (31/10). 

"Video baru yang menunjukkan Hongana Manyawa yang belum tersentuh, saat buldoser menghancurkan hutan mereka. Lahan mereka ditambang untuk nikel untuk baterai mobil listrik. Ini adalah bencana hak asasi manusia yang sedang terjadi." Berdasarkan keterangan pada unggahan tersebut.

Dalam video berdurasi 1 menit 12 detik itu, terlihat suku Hongana Manyawa yang mengenakan pakaian adat dan membawa senjata tradisional seperti tombak dan parang. Mereka berteriak-teriak berusaha menghalau masuknya buldoser ke dalam hutan.

Namun, ketika pengemudi buldoser menyalakan mesin, anggota suku tersebut melarikan diri ketakutan ke dalam hutan. Video ini kemudian menjadi pembahasan di media sosial, banyak yang mengapresiasi keberanian suku pedalaman ini dan mengkritik kebijakan pemerintah yang mengizinkan perusahaan tambang nikel beroperasi di wilayah tersebut.

Baca Juga: Resmi! Suku Baduy dalam Jadi Area Blankspot Internet

Menurut laporan media lokal, video tersebut direkam pada Senin, (29/10) di Desa Wawonii Barat, Kabupaten Konawe, Kepulauan Sulawesi Tenggara. Suku pedalaman yang terlibat dalam aksi tersebut adalah suku Tolaki, salah satu suku asli di Sulawesi Tenggara.

Mereka telah lama hidup di Pulau Wawonii dan bergantung pada hutan sebagai sumber mata pencaharian. Namun, seperti yang disampaikan oleh organisasi hak asasi manusia Survival International, kehidupan suku tersebut terancam karena pulau Halmahera dijadikan pertambangan nikel.

Konflik antara suku pedalaman dan perusahaan tambang nikel di Pulau Wawonii bukanlah hal baru. Sejak tahun 2018, warga setempat telah melakukan berbagai aksi protes dan penolakan terhadap aktivitas pertambangan nikel yang dinilai merusak lingkungan dan mengancam hak-hak masyarakat adat.

Pertambangan nikel di Pulau Wawonii merupakan bagian dari rencana pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri baterai listrik sebagai salah satu sektor strategis dalam mendukung transisi energi hijau. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan merupakan produsen nikel terbesar kedua setelah Filipina.

Nikel merupakan bahan baku utama untuk pembuatan baterai listrik yang digunakan untuk kendaraan listrik, seperti mobil dan sepeda motor. Pemerintah Indonesia berharap dapat memanfaatkan potensi nikel ini untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada impor baterai listrik.

Namun, industri tambang nikel juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Proses penambangan nikel membutuhkan banyak air dan energi, serta menghasilkan limbah cair dan padat yang dapat mencemari tanah, air, dan udara.

Selain itu, penambangan nikel juga menyebabkan deforestasi dan kerusakan habitat flora dan fauna yang hidup di hutan tropis. 

Baca Juga: Cikal Bakal Suku Gayo, Suku Terbesar Kedua Di Aceh