Indonesia Dilanda Suhu Panas di Awal Mei 2024, BMKG: Diperkirakan hingga Agustus
BMKG memprediksi sekitar 63% wilayah zona musim akan mengalami awal musim kemarau pada bulan Mei hingga Agustus mendatang. Baca selengkapnya di sini!
BaperaNews - Pemerintah Thailand baru-baru ini mengeluarkan peringatan terkait gelombang panas ekstrem yang melanda sejumlah negara di wilayah Asia, termasuk Thailand dan India.
Di Thailand, peringatan panas ekstrem dikeluarkan setelah suhu panas yang mencapai di atas 52 derajat Celsius menewaskan 30 orang sepanjang tahun ini. Demikian pernyataan Kementerian Lingkungan Hidup Thailand pada Selasa (30/4).
Tidak hanya Thailand, negara bagian India, Kerala, juga dilaporkan mengalami korban tewas terkait dengan suhu panas yang melonjak hingga mencapai rekor tertinggi 41 derajat Celsius. Meski demikian, otoritas setempat tengah menyelidiki apakah kematian tersebut secara langsung terkait dengan gelombang panas yang terjadi.
Di tengah gelombang panas tersebut, Indonesia tetap memperhatikan situasi cuaca. Deputi Bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menyatakan bahwa Indonesia saat ini hanya mengalami panas terik, bukan gelombang panas seperti yang terjadi di Thailand dan India.
Menurut Guswanto, gelombang panas umumnya terjadi di wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, sedangkan wilayah Indonesia terletak di dekat ekuator. Meski begitu, kondisi panas terik tetap dirasakan di sejumlah wilayah Indonesia.
Untuk dikategorikan sebagai gelombang panas, suhu maksimum harian di suatu negara harus lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celsius, dan terjadi selama lima hari berturut-turut. Namun, berdasarkan data BMKG pada 26 April 2024, suhu maksimum di sejumlah wilayah Indonesia masih berkisar antara 34 hingga 36 derajat Celsius.
Baca Juga: BMKG: Puncak Musim Kemarau Terjadi Juli-Agustus 2024
Guswanto menjelaskan bahwa fenomena suhu panas yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh posisi matahari yang berada dekat dengan ekuator sehingga wilayah di ekuator mendapatkan penyinaran matahari yang maksimum. Namun, fenomena ini tidak termasuk dalam kategori gelombang panas karena merupakan siklus yang terjadi setiap tahun.
Di samping itu, BMKG juga memantau adanya hujan intensitas sangat lebat bahkan hingga ekstrem di beberapa wilayah Indonesia sejak 22 April lalu. Fenomena ini juga turut memicu terjadinya bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah.
Dalam perkembangan musim, sekitar 63 persen wilayah Zona Musim diprediksi akan mengalami Awal Musim Kemarau pada bulan Mei hingga Agustus 2024. Namun, BMKG juga mengidentifikasi masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan hingga seminggu ke depan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menekankan pentingnya meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, terutama saat masa peralihan musim seperti yang terjadi saat ini.
Baca Juga: Kemarau Ekstrem, Galon Sekali Pakai Gosong Saat Distribusi