Krisis Populasi, 450 Sekolah di Jepang Ditutup Permanen Setiap Tahun
Sebanyak 450 sekolah di Jepang ditutup per tahunnya sejak tahun 2020 hingga 2022 akibat resesi seks yang semakin meningkat.
BaperaNews - Jepang terus dihantui resesi seks, segala upaya yang dilakukan pemerintah setempat belum menunjukkan hasil yang signifikan. Baru-baru ini sejumlah sekolah di Jepang ditutup, akibat tidak ada warga muda yang bersekolah.
Populasi dan angka kelahiran bayi di Jepang terus menurun, banyak sekolah di Jepang kekurangan murid di tiap tahun.
Salah satu contohnya ialah SMP Yumoto yang telah tutup usai dua siswa terakhirnya bernama Aoi Hoshi dan Eita Sato lulus, keduanya telah lulus dari SMP yang telah berdiri selama 76 tahun tersebut.
Mereka jadi satu-satunya lulusan yang tersisa, mereka menikmati upacara kelulusan dengan hampa karena dampak dari resesi seks Jepang.
“Kami mendengar isu ada penutupan sekolah pada tahun kedua kami sekolah, saya tak bisa bayangkan itu benar terjadi, saya terkejut” tutur Eita.
Sekolah-sekolah yang ditutup rata-rata yang berada di pedesaan. Menurut data setempat, ada 450 sekolah di Jepang ditutup per tahunnya sejak tahun 2020 hingga 2022. Pada rentang waktu tersebut sudah ada 9.000 sekolah ditutup.
Tutupnya sekolah di pedesaan Jepang membuat dampak yang berlipat, diantaranya semakin enggannya warga Jepang untuk tinggal di pedesaan karena kurangnya fasilitas pendidikan. Tahun 2022, angka kelahiran di Jepang hanya 799.728, angka ini sangat jauh dari jumlah kelahiran per tahun 1982 yang mencapai 1,5 juta.
Baca Juga : Imbas Resesi Seks, Separah Ini Kondisi Jepang Dilanda Krisis Populasi
Sementara tingkat kesuburan wanita di Jepang juga terus menurun, banyak wanita sudah matang umur untuk menikah namun tidak mau menikah. Tak sedikit yang hidup sendiri hingga tua atau menikah namun tidak mau memiliki anak.
Pemerintah Jepang terus mencari cara untuk meningkatkan populasi warganya, jumlah kematian di Jepang bahkan lebih banyak jumlahnya dibanding jumlah kelahiran.
Pemerintah Jepang sebelumnya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi resesi seks Jepang diantaranya memberi insentif untuk warga yang mau menikah, mau punya anak, dan mau pindah dari kota ke pedesaan.
Pemerintah Jepang juga menambah gaji bagi para pekerja pria, memberi cuti lebih panjang untuk pekerja wanita yang melahirkan, dan membuka sejumlah tempat penitipan anak gratis.
Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil yang diharapkan. Warga tinggal dalam jumlah yang padat di perkotaan terutama di Tokyo yang membuat tanah dan biaya hidup disana menjulang tinggi harganya. Sementara di pedesaan sepi penduduk karena kondisi resesi seks Jepang yang kian menjadi - jadi.
Baca Juga : Resesi Seks, Pemerintah Jepang Buat Acara Perjodohan