Macron Tolak Ide Larangan Hijab, Perang Saudara Bisa Pecah Di Prancis
Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengingatkan perang saudara akan terjadi jika Marine Le Pen, saingannya di Pilpres Prancis 2022, menerapkan larangan pemakaian hijab di lingkungan umum!
BaperaNews - Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengingatkan perang saudara akan terjadi jika Marine Le Pen, saingannya di Pilpres Prancis 2022, menerapkan larangan pemakaian hijab di lingkungan umum sebagaimana yang ia sampaikan dalam pidato resminya.
“Anda akan membuat perang saudara terjadi Bu Le Pen, berapa banyak polisi harus mengejar perempuan jika larangan hijab nanti diterapkan? Saya menanyakan ini dengan tulis” ujar Macron hari Rabu 20 April 2022.
Pernyataan Macron pun menyerang janji kampanye Le Pen dimana Le Pen dikenal sebagai politikus ekstrem yang mengungkap akan melarang pemakaian hijab di tempat umum jika ia menang jadi Presiden pada pemilu 24 April 2022 mendatang.
Le Pen bahkan dengan tegas menyampaikan pemikiran kontroversialnya tersebut. “Saya ingin melarang hijab dipakai di ruang publik, menurut saya, hijab ialah seragam yang dipakai oleh islam radikal” ujarnya. “Tapi saya tidak bermaksud untuk melawan islam” imbuhnya.
Baca Juga: Rusia : PBB Tak Pernah Hubungi Putin Sejak Invasi Rusia ke Ukraina
Le Pen melihat hijab sebagai seragam kelompok islam yang radikal dan ia berencana akan memberi denda jika ada warga Prancis yang memakainya ketika hukum sudah diberlakukan nantinya. Walikota Perpignan, Louis Aliot, menyebut aturan itu akan diterapkan secara perlahan jika memang Le Pen menang dalam Pemilu kali ini. “Penerapannya bertahap” ujarnya.
Le Pen selama ini memang dikenal sebagai sosok yang anti islam dan anti imigran, ia kembali akan berhadapan dengan Macron dalam Pemilu 24 April 2022, pada pemilu tahun 2017 lalu, ia juga berhadapan dengan Macron yang akhirnya Macron keluar sebagai pemenangnya dan menjadi Presiden.
Di tahun ini, dari segi jajak pendapat, diperkirakan Macron akan kembali keluar sebagai pemenang dimana Macron punya suara 56%, Le Pen yang menyadari kemungkinan kekalahannya pun berubah dengan tidak terlalu memakai kalimat yang anti muslim selama kampanyenya.
“Orang-orang yang ada di wilayah ini dan hormat pada hukum kami dan hormat pada nilai kami, yang bekerja di Prancis, tak perlu takut dengan aturan yang saya terapkan ini” ujar Le Pen.
Sementara itu juga banyak pengacara, pejabat, dan aktivis menentang rencana Le Pen ini karena dianggap melanggar konstitusi Prancis. Prancis sendiri memiliki jumlah muslim terbesar di Eropa yakni 9% dari total penduduknya atau sekitar 5,7 juta orang.
Baca Juga : Presiden Rusia Telepon Presiden Palestina Bahas Ukraina Hingga Kelakuan Israel