Fahd A Rafiq Bahas Sekilas Soal KTT G20 Bali Dan Kondisi Global Terkini

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq membahas sekilas tentang agenda KTT G20 Bali dan kondisi ekonomi global yang saat ini terjadi.

Fahd A Rafiq Bahas Sekilas Soal KTT G20 Bali Dan Kondisi Global Terkini
Fahd A Rafiq bahas sekilas soal KTT G20 di Bali dan kondisi global terkini. Gambar : REUTERS/Willy Kurniawan

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Ketegangan politik yang melanda Negara-Negara besar dikhawatirkan akan menutup agenda ekonomi KTT G20 Bali. Tantangan terbesar untuk KTT G20 Bali adalah membawa para pemimpin yang berbeda geopolitik, lalu bersama-sama menemukan titik temu dan solusi untuk krisis jangka pendek dan jangka panjang.

Khususnya menemukan solusi untuk perang Rusia - Ukraina, ketegangan AS - China yang begitu meningkat, inflasi yang melonjak tinggi, ancaman resesi global yang terus menghantui, hingga ancaman nuklir dari Korea Utara yang mungkin paling mengkhawatirkan dari semuanya. 

Saat ini, seluruh mata dunia terfokus ke Indonesia, sebab menjadi tuan rumah pertemuan 17 Kepala Negara Anggota G20 dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20) yang dilaksanakan di Nusa Dua Bali, pada 15 - 16 November 2022. 

KTT G20 ialah forum tingkat tinggi yang fokus pada masalah keuangan dan non keuangan yang maha penting. Pada pertemuan KTT G20 Bali ini bisa dipastikan masa depan dunia untuk 10 - 20 tahun kedepan akan ditentukan. 

Diketahui, KTT G20 Bali mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger” yang berarti “Pulih Bersama, Bangkit Perkasa”. Dengan mengusung tema tersebut, diharapkan kondisi di seluruh dunia bisa kembali pulih dan bisa bangkit seperti semula. 

KTT G20 juga merupakan suatu agenda yang paling menegangkan karena mempertemukan beberapa kepala Negara dunia yang visinya selalu bergesekan, sehingga menimbulkan gejolak yang begitu luar biasa pada perekonomian, perdamaian, iklim, dan isu lainnya. 

Disisi lain, Presiden Jokowi berharap pada 2024 Indonesia menjadi era keemasan yang benar-benar terwujud dan pada 2030 Nusantara menjadi negara yang ekonominya paling maju di dunia. 

Jika melihat kaca mata dari Negara luar, hal tersebut merupakan sebuah ambisi yang begitu tinggi, akan tetapi itu satu resonansi dengan masyarakat Indonesia. Perlu diketahui, masa depan Indonesia sangat tergantung pada lingkungan ekonomi global yang stabil dan hal tersebut diluar kendali Presiden Jokowi.

Diketahui, terdapat tiga hal yang akan dibahas pada KTT G20 Bali yaitu tentang penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi berbasis digital hingga transisi menuju energi yang berkelanjutan. 

Momentum tersebut menjadi kesempatan yang paling tepat, khususnya untuk negara berkembang yang memperjuangkan aspirasi, dan merasakan manfaat dari kerja sama anggota G20. 

Baca Juga : Fahd A Rafiq : Indonesia Pasti Bisa Jadi Pendingin Dan Penghangat Negara Yang Hadir Di KTT G20

Telah diketahui bersama, Presiden Rusia Vladimir Putin dipastikan tidak akan hadir di KTT G20 Bali dan diwakili oleh Menteri Luar Negeri, Sergei Lavrov. 

Fahd A Rafiq menjelaskan, “Kenapa KTT G20 Bali ini berbeda dari sebelumnya? karena negara yang saat ini menjadi anggota G20 terlibat langsung dalam konflik seperti NATO, BRICS dan negara yang sedang berperang, khususnya di Ukraina yang sudah jelas menyatakan sikapnya. Apakah akan memanas pada pertemuan kali ini?”

Pada pertemuan kali ini, dunia dipastikan akan menyorot dua negara yang memiliki kekuatan ekonomi terbesar di dunia yakni China dan Amerika Serikat (AS). Nantinya, Joe Biden akan bertemu dengan Xi Jinping dan Biden hanya ingin mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dari Xi Jinping. 

Joe Biden ingin KTT G20 Bali sebagai pembangun landasan untuk hubungannya dengan China dan mencegah jatuh kedalam konflik terbuka. 

Perlu diketahui, Amerika dan China selalu selisih paham setiap ada masalah besar dan selalu berseberangan. Sehingga, pertemuan Amerika dan China di KTT G20 Bali ini terkunci dalam persaingan kekuatan besar yang begitu intensif. 

Joe Biden berharap pertemuannya dengan Xi Jinping di KTT G20 Bali ini akan berdampak signifikan dan Biden juga berharap pertemuannya dengan Kepala Negara anggota G20 akan mengarah pada peningkatan yang konsisten, khususnya Negara-Negara yang pernah merasa menjalin hubungan bilateral dengan Amerika Serikat. 

Fahd A Rafiq mengatakan, “Persaingan dagang China dan Amerika sudah masuk ke tahap konfrontasi yang hampir total di segala lini, kemungkinannya untuk mengantisipasi masalah utama tidak seutuhnya akan di kualifikasi. Sekali lagi, Amerika hanya ingin tahu motif China begitupun sebaliknya”. 

Ketegangan politik yang melanda Negara-Negara besar akan menutup agenda KTT G20 Bali ini, sebab agenda tersebut hadir ketika USA, China dan Rusia mengurangi prospek koordinasi pada krisis ekonomi dan inflasi di banyak Negara hingga mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun. 

Terlebih lagi, perang Rusia - Ukraina yang mengganggu rantai pasokan dan menghancurkan pasar energi. Hal tersebut membuat USA marah kepada Arab Saudi karena Raja Salman tidak mau memproduksi lebih banyak minyak bumi dan harganya melambung tinggi. Perang antar dua negara tersebut membutuhkan BBM yang sangat banyak, jadi Amerika sangat ketergantungan dengan Negara Timur Tengah, namun Negara tersebut tidak nurut padanya.

Terdapat beberapa hal yang membuat Jokowi khawatir yakni ketegangan geopolitik yang menghantui agenda KTT G20 dan tidak dimaksudkan untuk forum politik. Jokowi juga khawatir ketika Joe Biden dan Xi Jinping bertemu karena kedua negara tersebut terdapat bentrokan.  

“Oleh karena itu, mari kita sukseskan KTT G20 Bali, karena agenda tersebut berada tepat di negara super power yang sedang konflik akan pengaruhnya kepada dunia global. Indonesia harus ambil peran strategis disini. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah poros tengah akan dihidupkan kembali dalam percaturan global? kalau dihidupkan kembali, Indonesia harus menjadi leadernya,” Tutup Fahd A Rafiq. 

Baca Juga : Fahd A Rafiq Berikan 8 Solusi Untuk Menghadapi Resesi Ekonomi Pada 2023

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)