BaperaNews - Tiga isu besar masih menjadi tantangan dalam sektor kesehatan di Indonesia, yaitu infrastruktur yang kurang merata, distribusi layanan kesehatan yang belum optimal, dan minimnya dokter spesialis di daerah di luar Jakarta, ujar Ranny Fahd A Rafiq di Gedung DPR/MPR pada Jumat (25/10).
Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Barat ini mengatakan, “Infrastruktur kesehatan di Indonesia belum merata dan masih kurang memadai. Dengan luas wilayah dan kondisi geografis yang kompleks, Indonesia memiliki sekitar 10.217 puskesmas, 2.636 rumah sakit, dan 519 rumah sakit khusus.
Namun, hal ini bukan alasan untuk berdiam diri, melainkan tantangan yang harus diatasi oleh Presiden ke-8 RI, Bapak Prabowo Subianto, dan tim terkait,” ujarnya.
Istri Fahd A Rafiq ini menekankan, “Pemerintah seharusnya tidak sekadar mengeluh atas kompleksitas permasalahan, tetapi harus bekerja untuk kesehatan rakyat secara menyeluruh. Mereka berhak menikmati kemerdekaan dalam bentuk pelayanan kesehatan yang merata.”
Ranny juga menyebutkan data lama, yaitu 34 provinsi dengan 74.961 desa dan 17.000 pulau, yang kini bertambah menjadi 38 provinsi akibat pemekaran wilayah.
Dengan jumlah desa sebanyak itu dan puskesmas hanya 10.217, ketidakseimbangan sangat jelas. Masyarakat menginginkan akses kesehatan yang cepat dan mudah, terutama di daerah, bukan hanya di kota-kota besar.
“Data dari tahun ke tahun hanya menunjukkan kenaikan sedikit, apalagi untuk akses ke rumah sakit,” tambahnya.
Baca Juga : Ranny Fahd A Rafiq: Saya Akan Perjuangkan Aspirasi Kaum Buruh Hingga Titik Darah Penghabisan
Saat ini, infrastruktur kesehatan sangat timpang dengan jumlah desa di Indonesia. Bahkan, rumah sakit yang dikelola pemerintah lebih sedikit dibanding yang dikelola sektor swasta.
Ranny juga menyoroti distribusi tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis, yang sebagian besar (52%) terkonsentrasi di Jakarta, sementara di provinsi lain sangat terbatas.
Selain itu, Ranny juga membahas masalah penyakit tidak menular yang mematikan, seperti stroke dengan angka 131,8 kasus kematian per 100 ribu penduduk, dan jantung iskemik atau serangan jantung dengan 95,68 kasus.
“Penyakit-penyakit ini harus dikampanyekan secara masif oleh pemerintah agar lebih dipahami masyarakat,” katanya.
Ranny juga menyerukan agar pemerintah memastikan pelayanan kesehatan dapat dinikmati semua lapisan masyarakat, bukan hanya kalangan elit. “Kami di sini untuk memperjuangkan hak-hak rakyat yang harus dipenuhi oleh pemerintah.
Oleh karena itu, penting untuk membangun infrastruktur puskesmas dan rumah sakit serta mengampanyekan penyakit tidak menular mematikan seperti stroke dan jantung iskemik,” tegasnya.
Ia menyarankan agar Kementerian Kesehatan memanfaatkan narasi kesehatan berbentuk audio di platform seperti YouTube dan TikTok dengan bahasa yang menarik agar pesan-pesan kesehatan dapat meresap di benak masyarakat.
“Ini langkah penting untuk meningkatkan kesadaran kesehatan di Indonesia,” tutup Ranny.
Baca Juga : Soroti Tidak Meratanya Populasi Penduduk di Indonesia, Ranny Fahd A Rafiq: Pemerintah Diharapkan Lebih Fokus
Penulis: ASW