Rugi Rp96,7 Miliar, Pizza Hut Indonesia Tutup 20 Gerai dan PHK 371 Karyawan

Pizza Hut Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp96,7 miliar hingga kuartal III-2024. Tutup 20 gerai dan PHK 371 karyawan, fokus efisiensi di tengah penurunan daya beli masyarakat.

Rugi Rp96,7 Miliar, Pizza Hut Indonesia Tutup 20 Gerai dan PHK 371 Karyawan
Rugi Rp96,7 Miliar, Pizza Hut Indonesia Tutup 20 Gerai dan PHK 371 Karyawan. Gambar : Dok. 123RF

BaperaNews - Pizza Hut Indonesia, yang dioperasikan oleh PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), mencatat kerugian sebesar Rp96,71 miliar pada kuartal III-2024.

Kondisi ini memaksa perusahaan menutup 20 gerai dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 371 karyawan sepanjang Januari hingga September 2024. Informasi ini disampaikan dalam laporan keuangan perusahaan yang dirilis pada Senin (18/11).

Jumlah gerai Pizza Hut Indonesia berkurang dari 615 gerai pada akhir Desember 2023 menjadi 595 gerai per 30 September 2024. Penutupan ini dilakukan di Jakarta dan sejumlah kota lainnya di Indonesia.

Selain itu, jumlah karyawan tetap perusahaan mengalami penurunan dari 5.022 orang pada akhir Desember 2023 menjadi 4.651 orang per September 2024. PHK terhadap 371 karyawan tersebut dilakukan sebagai langkah efisiensi di tengah tekanan finansial yang terus meningkat.

“Pada 30 September 2024 dan 31 Desember 2023, Perusahaan memiliki masing-masing 4.651 dan 5.022 karyawan tetap (tidak diaudit),” demikian tercantum dalam laporan keuangan tersebut.

Selain mengurangi jumlah gerai dan tenaga kerja, Pizza Hut Indonesia mengalami penurunan pendapatan yang signifikan. Hingga kuartal III-2024, pendapatan neto tercatat sebesar Rp2,03 triliun, turun dari Rp2,75 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Hal ini menyebabkan kerugian bersih perusahaan melonjak dari Rp38,95 miliar pada kuartal III-2023 menjadi Rp96,71 miliar pada kuartal III-2024.

Baca Juga : Imbas Boikot dan Krisis Ekonomi, KFC Indonesia PHK Ribuan Karyawan dan Tutup Puluhan Gerai

Direktur Operasional PT Sarimelati Kencana, Boy Ardhitya Lukito, menyatakan bahwa perusahaan menghadapi tantangan berat. Menurutnya, salah satu penyebab utama adalah melemahnya daya beli masyarakat kelas menengah, yang secara langsung berdampak pada industri restoran cepat saji.

Selain faktor ekonomi, tensi geopolitik global juga turut memengaruhi performa Pizza Hut Indonesia.

Boy menyebutkan bahwa persepsi masyarakat terhadap merek ini menjadi salah satu kendala, meskipun ia tidak merinci lebih lanjut dampak dari boikot terhadap merek-merek restoran cepat saji, termasuk Pizza Hut, akibat isu dukungan terhadap Israel dalam konflik Palestina.

“Kami sudah melihat penurunan sejak awal tensi geopolitik meningkat,” ujarnya.

Dalam menghadapi situasi sulit ini, Pizza Hut Indonesia memilih untuk menunda rencana ekspansi. Saat ini, perusahaan mengoperasikan 595 gerai di 120 kota di seluruh Indonesia, dan jumlah ini dianggap cukup besar dibandingkan dengan kompetitor seperti McDonald's, yang memiliki sekitar 300 gerai.

“Kami tidak akan fokus pada ekspansi. Dengan jumlah gerai yang ada, menurut hemat kami, sudah cukup besar,” ujar Boy. Sebagai perbandingan, pesaing lain seperti KFC memiliki 715 gerai di Indonesia.

Keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas operasional di tengah tekanan finansial yang masih berlangsung.

Baca Juga : KFC Tutup 100 Gerai di Malaysia, Imbas Boikot Produk ProIsrael