Imbas Boikot dan Krisis Ekonomi, KFC Indonesia PHK Ribuan Karyawan dan Tutup Puluhan Gerai

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang hak waralaba KFC Indonesia, memutuskan untuk PHK ribuan karyawan dan menutup puluhan gerai akibat gerakan boikot produk AS hingga alami kerugian besar.

Imbas Boikot dan Krisis Ekonomi, KFC Indonesia PHK Ribuan Karyawan dan Tutup Puluhan Gerai
Imbas Boikot dan Krisis Ekonomi, KFC Indonesia PHK Ribuan Karyawan dan Tutup Puluhan Gerai. Gambar : Dok. MNC Media

BaperaNews - PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang hak waralaba KFC Indonesia, mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp557,08 miliar hingga kuartal III-2024.

Laporan ini disampaikan dalam laporan keuangan konsolidasian per (30/9) yang dipublikasikan melalui Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Menurut manajemen, kerugian tersebut dipicu oleh kondisi ekonomi yang belum stabil dan dampak dari boikot produk Amerika Serikat di Indonesia, yang meningkat sejak krisis Timur Tengah.

Manajemen KFC Indonesia menjelaskan bahwa kerugian ini disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19 yang belum optimal, sehingga penjualan belum memenuhi target yang diharapkan.

“Penjualan belum mencapai tingkat yang diharapkan oleh manajemen,” ungkap FAST dalam laporannya pada Sabtu (9/11/2024). 

Kedua, krisis Timur Tengah mendorong kampanye boikot produk AS, yang turut menekan pendapatan KFC Indonesia.

Dua faktor ini berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan sepanjang sembilan bulan pertama 2024, dengan kondisi pasar yang tidak stabil membuat perusahaan sulit mencapai target penjualan.

Kampanye boikot yang dipicu oleh konflik Palestina sejak Oktober 2023 memperburuk kondisi KFC Indonesia di tengah kesulitan yang sudah ada.

Kerugian yang dialami juga memaksa PT Fast Food Indonesia Tbk untuk mengurangi operasi. Perusahaan memutuskan menutup sejumlah gerai KFC dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) untuk efisiensi.

Baca Juga : CEO McDonald's Ketar-ketir Bisnisnya Makin Merosot Usai Aksi Boikot

Hingga (30/9), jumlah gerai yang beroperasi turun menjadi 715 unit dari sebelumnya 762 gerai pada Desember 2023, menandakan penutupan 47 gerai dalam hampir setahun.

Pengurangan juga terjadi pada jumlah karyawan. Data keuangan perusahaan menunjukkan bahwa jumlah karyawan yang awalnya 15.989 orang pada akhir 2023 menyusut menjadi 13.715 orang per (30/9).

Dengan demikian, sekitar 2.274 karyawan terkena dampak kebijakan efisiensi yang diambil untuk menekan kerugian.

Kerugian besar ini bukan hal baru bagi KFC Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan telah mencatatkan kerugian berturut-turut. Pada 2023, kerugian tercatat sebesar Rp418,21 miliar, sedangkan pada 2022 mencapai Rp77,45 miliar.

Kerugian juga tercatat pada 2020 dan 2021, masing-masing sebesar Rp300,61 miliar dan Rp377,18 miliar.

Rangkaian kerugian selama bertahun-tahun ini menunjukkan bahwa tantangan bisnis telah lama dihadapi perusahaan, bahkan sebelum adanya kampanye boikot dan krisis Timur Tengah.

Dampak berkepanjangan dari pandemi Covid-19, yang diikuti oleh krisis ekonomi global akibat ketidakpastian geopolitik, telah memengaruhi perusahaan-perusahaan yang terhubung dengan pasar global, termasuk KFC Indonesia.

PHK dan penutupan gerai menjadi bagian dari langkah efisiensi perusahaan untuk mengurangi beban operasional di tengah tekanan kerugian yang semakin meningkat.

Meski langkah ini dianggap sebagai upaya bertahan, tren penurunan jumlah gerai dan karyawan dapat mempersempit pangsa pasar KFC Indonesia.

Perusahaan masih harus menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan posisinya di pasar makanan cepat saji di tengah situasi ekonomi yang terus berubah.

Baca Juga : KFC Tutup 100 Gerai di Malaysia, Imbas Boikot Produk ProIsrael