Ketum DPP Bapera Singgung Yahudi Zabatai Pengendali Ekonomi Dunia, Ini Saran untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran
Ketua Umum DPP BAPERA, Fahd A Rafiq tekankan pentingnya memahami geopolitik global dalam analisis ekonomi Indonesia, dengan mempertimbangkan dampak aktor internasional.
BaperaNews - Ketua Umum DPP BAPERA, Fahd A Rafiq berbicara pada Senin, (11/11/2024) di Jakarta, mengungkapkan pentingnya memahami peta geopolitik nasional dan internasional dalam menganalisis kondisi ekonomi Indonesia saat ini.
Fahd A Rafiq menekankan bahwa analisis ekonomi Indonesia perlu mempertimbangkan aktor-aktor global utama, seperti Amerika Serikat di bawah pengaruh Donald Trump, Tiongkok dengan Xi Jinping, dan Rusia dengan Vladimir Putin.
Menurutnya, perkembangan global ini berdampak signifikan pada kebijakan ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Pemerintahan Prabowo-Gibran menghadapi tantangan besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, yang diperkirakan membutuhkan anggaran sebesar Rp7.000 triliun.
Namun, Fahd mencatat bahwa jumlah uang kartal yang diterbitkan Indonesia saat ini hanya sebesar Rp954,4 triliun, jauh di bawah kebutuhan untuk memperkuat sirkulasi ekonomi dalam negeri.
Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI), uang kartal yang ada masih sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa.
Hal ini menempatkan rata-rata kepemilikan uang hanya sekitar Rp3,5 juta per orang per tahun, atau sekitar Rp9.800 per hari, yang mengindikasikan tingkat kemiskinan absolut di antara sebagian besar masyarakat Indonesia.
Ketimpangan ekonomi di Indonesia pun semakin terlihat dari tingginya Rasio Gini, yang tercatat mencapai 0,379 pada Maret 2024. Rasio ini menunjukkan ketimpangan pendapatan yang semakin lebar antara kelompok kaya dan miskin, menjadi tantangan besar dalam upaya pemerataan kesejahteraan.
Fahd juga menyoroti peran kekuatan ekonomi global, terutama Wall Street yang didominasi oleh kelompok Yahudi Zabatai di Amerika Serikat. Menurutnya, kelompok ini memiliki rencana besar untuk mengubah pola konsumsi dunia, beralih dari bahan bakar fosil ke energi baterai dan teknologi digital. Ia menjelaskan bahwa Wall Street memiliki pengaruh kuat dalam kebijakan ekonomi global, bahkan lebih besar daripada lembaga seperti Dana Moneter Internasional (IMF).
Fahd menambahkan bahwa meskipun IMF menaikkan rating investasi Indonesia, investor besar di Wall Street seperti Goldman Sachs dan JP Morgan tetap memiliki pandangan yang menentukan keputusan investasi.
Situasi ini, menurut Fahd A Rafiq, menandakan bahwa dukungan Wall Street bisa menjadi faktor penting dalam keberhasilan pemerintahan Prabowo-Gibran dalam menarik investasi asing dan memperkuat ekonomi Indonesia.
Lebih lanjut, Fahd juga mengaitkan peran Jack Ma dari Alibaba dengan jaringan ekonomi Yahudi Zabatai di Amerika Serikat. Ia menekankan bahwa pengaruh Wall Street dalam ekonomi global bahkan berdampak pada perusahaan besar di Tiongkok seperti Alibaba, yang memiliki hubungan erat dengan Wall Street melalui listing di New York Stock Exchange.
Di tengah perubahan global ini, Fahd menyarankan bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran perlu memperkuat kerja sama internasional dan memperhatikan kekuatan global yang memengaruhi ekonomi dunia.
Menurutnya, hal ini sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan dalam tempo singkat.
Sebagai kesimpulan, Fahd menekankan bahwa Indonesia perlu menjaga solidaritas sosial dalam menghadapi tantangan global ini, mengingat peran negara-negara besar dan aktor ekonomi global yang mendominasi pasar internasional.
Penulis : ASW