Fahd A Rafiq: PBSI Gagal Pertahankan Tradisi Emas Olimpiade, Perlu Evaluasi!
PBSI gagal raih emas Olimpiade Paris, perlu evaluasi menyeluruh. Fahd El Fouz A Rafiq serukan semangat nasionalisme dan hilangkan diskriminasi di olahraga.
BaperaNews - Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) gagal mempertahankan tradisi medali emas di Olimpiade Paris. Hanya Gregoria Mariska Tunjung yang berhasil membawa pulang medali.
Meski ini pencapaian yang tak buruk, bulu tangkis merupakan olahraga yang sangat dekat di hati masyarakat Indonesia dan telah menjadi bagian dari tradisi olahraga nasional.
“Turunnya prestasi bulu tangkis Indonesia menjadi sorotan hampir semua media mainstream,” ujar Fahd El Fouz A Rafiq di Jakarta pada Jumat, (25/10).
Fahd A Rafiq menyebut, bulu tangkis adalah olahraga kebanggaan rakyat Indonesia. Hampir di setiap kota, bahkan taman kota, terdapat lapangan bulu tangkis, ini adalah bukti keberpihakan pemerintah terhadap bulu tangkis dari generasi ke generasi.
“Banyak penonton dan netizen kecewa dengan penurunan prestasi ini. Evaluasi harus segera dilakukan,” ungkapnya.
Mantan Ketua Umum PP AMPG ini menambahkan, kegagalan Indonesia di Olimpiade dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya regenerasi pemain yang sepadan, lemahnya fighting spirit, dan masalah mental saat menghadapi kompetisi tertinggi.
Baca Juga : Ketum DPP BAPERA, Fahd A Rafiq: Presiden Prabowo Subianto Akan Lanjutkan Estafet Soekarno yang Tertunda
Fahd A Rafiq berharap, dengan bergabungnya Taufik Hidayat sebagai Wakil Menteri Olahraga, akan ada dorongan lebih untuk membangkitkan semangat, tidak hanya di bulu tangkis, tapi juga di cabang olahraga lainnya.
“Membawa bendera Merah Putih di kancah olahraga tertinggi harus menjadi kebanggaan. Olahraga adalah cerminan nasionalisme bangsa,” tegasnya.
Menurunnya prestasi olahraga Indonesia juga dikaitkan Fahd dengan kurangnya semangat nasionalisme dan keinginan untuk unggul di hadapan bangsa lain.
“Lihat saja Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia) yang menjadikan olahraga sebagai simbol nasionalisme sejak Perang Dunia II dan Perang Dingin. Di Olimpiade, AS konsisten menjadi juara umum, meski kini mendapat saingan ketat dari Tiongkok,” ujarnya.
Bulu tangkis Indonesia bahkan telah diabadikan dalam film, seperti Susi Susanti: Love All dan King, yang mengisahkan perjalanan Lim Swie King. Namun, Fahd menyayangkan bahwa diskriminasi etnis masih terjadi di Indonesia, terutama terhadap atlet keturunan Tionghoa.
“Mereka sering diperlakukan kurang adil meski berprestasi tinggi. Di era globalisasi ini, semua etnis yang tinggal di Indonesia harus diperlakukan sama demi kemajuan olahraga kita,” tegasnya.
Banyak atlet keturunan Tionghoa lahir dan besar di Indonesia. “Di era modern ini, masih ada diskriminasi etnis di antara anak bangsa. Kita bisa belajar dari Eropa, di mana naturalisasi sudah umum dalam olahraga. Mari kita tinggalkan sifat iri yang bisa menghancurkan persatuan,” tambah Fahd.
“Bangkitkan kembali semangat nasionalisme dan patriotisme di semua cabang olahraga Indonesia dengan menghapuskan rasisme demi kemajuan bangsa dan negara,” tutup Fahd A Rafiq.
Baca Juga : Ketum DPP BAPERA, Fahd A Rafiq: Harapan Besar Indonesia Ada di Tangan Presiden Prabowo Subianto
Penulis : ASW