Ketum DPP BAPERA, Fahd A Rafiq: Presiden Prabowo Subianto Akan Lanjutkan Estafet Soekarno yang Tertunda
Ketum DPP BAPERA, Fahd A Rafiq, menyoroti langkah Presiden Prabowo Subianto melanjutkan visi Soekarno dan tantangan birokrasi dalam pemerintahan.
Kita senang dan bangga memiliki seorang pemimpin berkelas dunia dalam bernegara, seperti Presiden pertama kita. Ia mahir bermanuver di tingkat dunia dengan memprakarsai Gerakan Non-Blok, memimpin Konferensi Asia-Afrika, dan membangun Ganefo melalui olahraga. Presiden ke-8 Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, akan melanjutkan ide dan gagasan para Founding Fathers sesuai dengan pidato pertamanya.
Fahd El Fouz A. Rafiq
(Ketua Umum DPP BAPERA)
BaperaNews - Rapat kabinet yang dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto pada Rabu, 23 Oktober 2024, mengakui betapa rumitnya birokrasi di Indonesia. Seolah-olah, “kalau bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah?” Ini adalah masalah klasik yang masih ada di negara berkembang.
Karakter pejabat kita terkadang harus ditegur keras agar mau mematuhi. Ketegasan setiap departemen dan kementerian yang dipimpin sangat berpengaruh. Kabinet Merah Putih ini akan mengedepankan kedisiplinan tinggi dalam pemerintahannya, dan jika kinerja para pejabatnya tidak memuaskan, mereka akan segera diganti. Banyak pemain cadangan yang masih ingin mengabdi di Republik ini, ucap Fahd A Rafiq di Jakarta pada Kamis (24/10).
Belum lama kita diingatkan tentang pejabat yang suka berteriak, seperti Basuki Tjahaja Purnama dan Tri Risma Harini, yang kadang ketegasannya disorot kamera sehingga bahasanya sering dipotong atau dipelintir, dan akhirnya menjadi olok-olokan netizen Indonesia. Inilah kondisi birokrasi di Indonesia saat ini. Setiap pimpinan kementerian dan departemen sepertinya perlu dilatih untuk marah agar kinerja di setiap institusi tidak berjalan lambat. Padahal, di era sebelumnya, sudah banyak perbaikan, tetapi tetap saja kembali ke nol.
Kita sebagai putra bangsa Indonesia hanya saling mengingatkan akan cinta kita terhadap NKRI. Narasi ini hanya menginformasikan kepada pemerintahan Bapak Presiden Prabowo Subianto beserta jajarannya untuk menggunakan lebih dari satu hati dalam mengelola negara, yaitu hati-hati.
Membangun kekuatan politik dunia tanpa kekuatan shadow akan membuat kita rapuh. Ketika CIA bergerak, kita tidak bisa mengantisipasi. Langkah Soekarno menjadi ancaman terhadap dollar dan terbukti sepuluh tahun kemudian, CIA berhasil melakukan operasi clandestine untuk menggulingkan Soekarno.
Begitu juga dengan Presiden ke-2 RI yang akhirnya ditumbangkan dengan cara dan pola yang hampir sama. Saat ini, Prabowo Subianto ingin membangun kekuatan politik dunia, tercermin dari pidatonya yang hafal wajah para petinggi dan utusan yang hadir di gedung DPR/MPR tanpa melihat teks.
Di zaman pasca kemerdekaan, ketika membawa nama Indonesia, kebanggaan itu sangat besar. Saya akan mengulas detail mengapa Presiden pertama Indonesia berani mengundang negara-negara yang belum merdeka dalam Konferensi Asia-Afrika. Ia bahkan berani membiayai proses kemerdekaan para tamu negara yang hadir.
Baca Juga : Ketum DPP BAPERA, Fahd A Rafiq: Harapan Besar Indonesia Ada di Tangan Presiden Prabowo Subianto
Proses pembuatan mineral 99,99% emas dan platinum melibatkan pengambilan dari gunung, batuan, dan tanah, yang diambil di proses tambang, kemudian dimasukkan ke smelter untuk di-refining. Hasilnya adalah logam murni dari mineral tambang. Proses untuk membuat 1 kg emas memerlukan 1 ton emas; inilah awal dari jeniusnya Bung Karno. Ia berpikir mengapa harus menunggu mineral itu ada baru kita manfaatkan sebagai alat jual beli atau sebagai alat tawar untuk penerbitan mata uang.
Oleh Bung Karno, dilakukan pendataan di gunung, dihitung cost accounting-nya. Misalnya, diperkirakan dengan kecepatan sepuluh tahun, kita akan mendapatkan 1.000 ton emas. Maka, daripada menunggu 1.000 ton yang ada, lebih baik mencetak rupiah sebanding dengan 1.000 ton emas sekarang. Modal untuk membuat 1.000 ton emas tersebut mulai dari mining hingga pemurnian, katakanlah 30%-nya. Gunung itu milik kita sendiri, jadi mengapa harus dibayar? Karena itu, harganya hanya 30%, dan yang dibayar hanya proses tambang hingga pemurniannya. Dari situ, 70% uang cetak tadi bisa digunakan untuk membangun proyek produktif industri, tidak harus di Indonesia.
Dengan ide ini, pada tahun 1955, sebanyak 50 negara hadir di Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika dengan pernyataan bahwa “kita akan membangun poros tengah negara non-blok, tidak miring ke NATO Amerika dan tidak miring ke Uni Soviet.” Semua sepakat dan bertepuk tangan dalam acara tersebut.
Kekuatan ekonomi dengan poros Indonesia akan membiayai banyak proyek industri di negara non-blok. Selanjutnya, apa yang terjadi? Pemimpin revolusioner dari setiap negara seperti Tiongkok, India, Pakistan, Mesir, Korea Utara, dan Kuba hadir, semua adalah tokoh revolusioner yang berharap dukungan Indonesia. Bayangkan, ada Nehru, Gamal Abdul Nasser, Bhutto, Mao Tse Tung, dan tokoh legendaris dunia lainnya hadir di Bandung, kota kecil yang baru 10 tahun merdeka saat itu. Ide jenius Bung Karno mempesona dunia, dan Indonesia berkomitmen untuk membiayai negara non-blok.
Yang ditawarkan Soekarno saat itu adalah konsep IMFs-nya Indonesia. Presiden Soekarno tahu bahwa kekuatan sumber daya alam nasional bisa dijadikan jaminan untuk PRINTING MONEY, sehingga rupiah bisa lebih kuat dari dollar. Namun sayangnya, seribu sayang, Pak Karno adalah pemikir tunggal. Di bawahnya, tidak ada yang siap. Rongrongan dari berbagai kelompok yang ingin berkuasa, baik itu nasionalis maupun komunis, terus mengelilingi Bung Karno untuk mempengaruhi kebijakan politik. Kaum nasakom dirangkul Bung Karno, dan inilah yang membuat gonjang-ganjing politik nasional kala itu. Kekuatan diplomasi dan manuver rupiah sebagai kekuatan ekonomi belum digarap dengan sempurna. Geoekonomi belum tergarap cantik, sehingga beliau selesai dikudeta pada tahun 1966, yang kita semua tahu ceritanya.
Sejarah cantik Indonesia berhenti di situ, tetapi dunia tidak berhenti. Tiongkok mengambil ide dengan memanfaatkan sumber daya metal untuk melawan hegemoni superpower pada tahun 1990-an, ketika Amerika fokus di Timur Tengah untuk mengambil energi minyak dan gas.
Tiongkok mencetak renminbi berdasarkan kekayaan alam di dalam negeri. Dalam 20 tahun, mereka memiliki underlying yang kuat dan mulai melakukan ekspansi ke luar negeri dengan "meminjamkan" renminbi yang banyak ke negara luar dengan nama Obor (One Belt One Road). Namun, teknologi, permesinan, dan tenaga kerja semua berasal dari Tiongkok. Rencana mereka jauh lebih baik daripada rencana awal Bung Karno.
Ide Bung Karno itu jenius, tetapi anak cucu dan putra bangsa tidak paham akan geopolitik yang dia ajarkan. Strateginya mudah dibaca dan mudah dipatahkan karena Bung Karno sendirian. Presiden Prabowo Subianto sepertinya akan meniru dan memodifikasi apa yang telah dilakukan Soekarno, berusaha meneruskan cita-cita para pendiri bangsa.
Mereka yang paham geopolitik dunia khawatir Indonesia akan terjebak dalam perang dunia ketiga. Namun, Bapak Prabowo dengan tegas menegaskan sikap netral dan bebas aktif. Jika ada yang mau berperang, jangan ajak Indonesia, tetapi Indonesia tetap waspada, karena NKRI menjadi target untuk dipecah. Pertanyaannya, mampukah Indonesia memanfaatkan konflik antar negara adidaya ini? Semua tergantung pada kecerdasan permainan geopolitik para pejabat di atas, tutup seorang dosen di Malaysia.
Penulis : ASW