Badai Tropis Trami Guncang Filipina, 26 Tewas dan 150.000 Orang Mengungsi

Badai Tropis Trami yang dikenal sebagai Siklon Tropis 'Kristine' mengguncang Filipina. Insiden tersebut menyebabkan 26 tewas dan 150.000 orang mengungsi.

Badai Tropis Trami Guncang Filipina, 26 Tewas dan 150.000 Orang Mengungsi
Badai Tropis Trami Guncang Filipina, 26 Tewas dan 150.000 Orang Mengungsi. Gambar : Dok. AFP

BaperaNews - Badai Tropis Trami, yang dikenal di Filipina sebagai Siklon Tropis 'Kristine', telah menyebabkan kerusakan parah di bagian utara negara tersebut, dengan jumlah korban tewas mencapai 26 orang dan lebih dari 150.000 penduduk terpaksa mengungsi.

Badai ini melambat saat bergerak ke arah barat laut di atas Luzon Utara, menurut laporan dari badan cuaca nasional Filipina pada Kamis (24/10).

Dewan Pengurangan Risiko Bencana Nasional (NDRRMC) melaporkan bahwa lebih dari satu juta orang terkena dampak akibat badai ini.

Banyak dari mereka harus meninggalkan rumah mereka karena banjir yang melanda akibat hujan deras dan tanah longsor yang terjadi di sejumlah wilayah. 

Tim penyelamat berupaya menembus banjir setinggi dada untuk menyelamatkan warga yang terjebak, sementara laporan menyebutkan bahwa situasi di lapangan sangat sulit.

Banjir yang dipicu oleh Badai Trami telah mengubah jalan-jalan di beberapa daerah menjadi sungai besar, menenggelamkan seluruh desa dan mengubur kendaraan dalam endapan yang dibawa oleh air.

Akibatnya, sekolah-sekolah dan tempat kerja terpaksa ditutup, penerbangan dibatalkan, serta layanan listrik dan air mengalami gangguan.

Sebanyak 32.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Filipina utara, dengan laporan terbaru menunjukkan bahwa jumlah ini terus meningkat.

Polisi setempat mencatat bahwa kondisi cuaca yang buruk telah mengakibatkan situasi darurat yang memaksa banyak orang untuk mencari tempat aman.

Baca Juga : Pertama Kali dalam 50 Tahun Terakhir, Gurun Sahara di Maroko Banjir hingga Amazon Mengering

Pada Rabu (23/10), tim penyelamat bekerja keras menghadapi tantangan besar untuk membantu mereka yang terjebak dalam banjir. Dengan akses yang sulit dan kondisi cuaca yang tidak menentu, usaha penyelamatan menjadi lebih rumit.

"Kami telah berupaya sebaik mungkin untuk menjangkau mereka yang terjebak di daerah yang terkena dampak parah," kata seorang juru bicara tim penyelamat. 

Kondisi jalan yang terendam air membuat banyak kendaraan tidak dapat melintas, memaksa tim penyelamat untuk menggunakan perahu dan kendaraan khusus untuk mencapai lokasi-lokasi yang sulit dijangkau.

Seiring meningkatnya air, masyarakat pun khawatir akan keselamatan mereka dan keluarga. Sementara itu, beberapa penduduk melaporkan kehilangan harta benda mereka akibat banjir yang melanda secara mendalam.

"Saya tidak pernah menyangka banjir ini akan seburuk ini. Semua barang berharga saya terendam," kata seorang warga yang terdampak.

Keluarga-keluarga ini sekarang menghadapi tantangan baru dalam mencari tempat tinggal sementara serta kebutuhan dasar yang hilang.

Badan cuaca Filipina memprediksi bahwa Badai Trami akan menghantam pantai Isabela pada Kamis dini hari.

Meskipun badai diperkirakan mengalami pelemahan saat melintasi pulau utama Filipina dan bergerak menuju Laut China Selatan, dampak dari hujan deras dan angin kencang sudah terasa di berbagai daerah.

Kekhawatiran terus meningkat seiring berlanjutnya badai dan dampaknya terhadap infrastruktur. Berbagai lembaga pemerintah telah meningkatkan kesiapsiagaan dan mengerahkan tim tanggap darurat ke lokasi-lokasi yang paling parah terpengaruh.

Pihak berwenang juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti instruksi evakuasi yang diberikan.

Dengan jumlah pengungsi yang terus meningkat, sejumlah pusat evakuasi telah dibuka di beberapa daerah untuk menampung warga yang kehilangan tempat tinggal.

Pihak berwenang berupaya menyediakan makanan dan perlengkapan dasar bagi para pengungsi, namun tantangan logistik tetap ada karena banyak jalur transportasi yang terputus akibat banjir.

Dampak dari Badai Trami ini jelas menggambarkan kerentanan Filipina terhadap bencana alam, terutama di musim hujan.

Negara ini sering mengalami bencana serupa, dan dengan meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem, diperlukan upaya yang lebih besar dalam mitigasi dan penanganan risiko bencana.

Baca Juga : Ahli Beri Alasan Ilmiah Soal Fenomena Daratan Mekkah Menghijau