Angka Kelahiran Menurun, Hong Kong Beri Subsidi Rp 40 Juta Agar Warga Mau Punya Anak

Pemerintah Hong Kong memberikan insentif sebesar 2.556 Dolar AS untuk setiap kelahiran sebagai langkah menangani penurunan angka kelahiran.

Angka Kelahiran Menurun, Hong Kong Beri Subsidi Rp 40 Juta Agar Warga Mau Punya Anak
Angka Kelahiran Menurun, Hong Kong Beri Subsidi Rp 40 Juta Agar Warga Mau Punya Anak. Gambar : Ilustrasi Kreator BaperaNews Via Canva

BaperaNews - Pemerintah Hong Kong mengatasi masalah penurunan angka kelahiran yang semakin mengkhawatirkan. Dalam upaya untuk mendorong warganya untuk memiliki anak, pemerintah akan memberikan subsidi sebesar 2.556 dolar AS atau sekitar Rp 40 juta kepada orangtua baru setiap kali bayi lahir.

Meskipun insentif ini terdengar menarik, para penduduk di kota yang terkenal dengan biaya hidup tinggi ini menganggap bahwa jumlah tersebut bahkan tidak cukup untuk membayar sewa tempat tinggal selama sebulan.

Angka kelahiran di Hong Kong telah mencapai rekor terendah, yaitu hanya 0,9 kelahiran per perempuan. Ini jauh di bawah angka 2,1 yang dianggap sebagai angka yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi.

Kepala Eksekutif Hong Kong, John Lee Ka Chiu, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan upaya untuk mengatasi penurunan angka kelahiran tersebut. Namun, banyak orang di Hong Kong merasa bahwa masalah ini jauh lebih kompleks daripada sekadar memberikan subsidi uang tunai.

Sementara insentif ini merupakan langkah positif, para ahli menekankan bahwa ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam masalah penurunan angka kelahiran. Profesor Paul Yip Siu-fai, yang mempelajari kesehatan masyarakat di Universitas Hong Kong, menunjukkan bahwa melahirkan anak adalah keputusan besar yang melibatkan banyak faktor.

Baca Juga : Jepang Akan Beri Rumah Gratis Untuk Para Tenaga Kerja

Selain melahirkan, orangtua juga perlu memikirkan bagaimana mereka akan membesarkan anak dan memberikan pendidikan yang baik. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa pemerintah perlu memberikan lebih banyak dukungan dalam tahap kedua ini.

Untuk mengatasi masalah ini secara lebih efektif, pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan yang lebih holistik, seperti memberikan insentif untuk perusahaan agar mereka mengadopsi jadwal kerja yang lebih fleksibel, memungkinkan orangtua lebih banyak waktu bersama anak-anak mereka.

"Melahirkan seharusnya bukan hanya tanggung jawab orangtua, ini harus menjadi tanggung jawab masyarakat," kata Yip.

Namun, Hong Kong bukan satu-satunya negara di Asia yang berjuang dengan masalah penurunan angka kelahiran. Negara seperti Singapura, Korea Selatan, dan Jepang juga telah mengambil berbagai langkah untuk mendorong warganya agar memiliki anak.

Singapura, misalnya, menawarkan insentif uang sebesar 8.036 dolar AS, setara dengan Rp 127 juta, untuk anak pertama dan kedua, dan 9.497 dolar AS atau sekitar Rp 151 juta untuk anak ketiga. Selain uang tunai, Singapura juga memberikan berbagai jenis cuti dan keringanan pajak bagi ibu yang bekerja.

Korea Selatan, dengan angka kelahiran 0,78, memberikan insentif uang sebesar 518 dolar AS per bulan, sekitar Rp 8,2 juta, bagi orangtua hingga anaknya berusia satu tahun. Jumlah insentif ini bahkan akan meningkat pada tahun depan.

Sementara itu, pemerintah Jepang memberikan tunjangan bulanan sebesar 107 dolar AS, setara dengan Rp 1,7 juta, untuk bayi baru lahir hingga usia dua tahun, serta bantuan dana sebesar 66,7 dolar AS per bulan, sekitar Rp 1 juta, bagi anak-anak berusia tiga tahun hingga SMA.

Baca Juga : Curhat TKW Hong Kong Kirim Celana Dalam ke Banyuwangi Kena Bea Masuk Rp800 Ribu!