Pertama Kali dalam 50 Tahun Terakhir, Gurun Sahara di Maroko Banjir hingga Amazon Mengering

Pertama kalinya dalam 50 tahun, Gurun Sahara di Afrika Utara dilanda banjir besar, sementara Sungai Amazon di Amerika Selatan mengalami kekeringan terparah dalam sejarah.

Pertama Kali dalam 50 Tahun Terakhir, Gurun Sahara di Maroko Banjir hingga Amazon Mengering
Pertama Kali dalam 50 Tahun Terakhir, Gurun Sahara di Maroko Banjir hingga Amazon Mengering. Gambar : Kolase AP via New York Post/Dok. purnawarta.com

BaperaNews - Fenomena alam yang mengejutkan terjadi di dua kawasan dunia dengan karakteristik berlawanan, Gurun Sahara di Afrika Utara dilanda banjir besar untuk pertama kalinya dalam 50 tahun, sementara Sungai Amazon di Amerika Selatan mengalami kekeringan terparah dalam sejarah.

Banjir di Gurun Sahara: Hujan Lebat Menyebabkan Anomali Cuaca

Pada September 2024, wilayah Gurun Sahara di tenggara Maroko mengalami banjir besar setelah diguyur hujan deras selama dua hari berturut-turut.

Curah hujan mencapai lebih dari 100 mm di Tagounite, sebuah desa sekitar 450 km di selatan ibu kota Rabat. Angka ini jauh melampaui rata-rata curah hujan tahunan di kawasan tersebut, yang biasanya hanya sekitar 254 mm. 

Sahara, wilayah yang dikenal dengan suhu tinggi dan kelembapan rendah, jarang sekali mengalami curah hujan sebesar ini.

Menurut Houssine Youabeb dari Direktorat Jenderal Meteorologi Maroko, hujan lebat dalam durasi singkat terakhir kali terjadi sekitar 30 hingga 50 tahun lalu. Akibatnya, Danau Iriqui, yang telah kering selama setengah abad, kini terisi kembali dan terlihat dalam citra satelit dari NASA.

Selain menggenangi wilayah tandus, banjir ini menyebabkan kerusakan parah dan menelan korban jiwa sebanyak 18 orang di Maroko. Beberapa wilayah terdampak juga masih berusaha pulih dari gempa bumi yang terjadi tahun sebelumnya.

Hujan ini terjadi setelah enam tahun kekeringan berturut-turut di Maroko, menandakan perubahan signifikan dalam pola cuaca kawasan tersebut.

Waduk-waduk di Maroko pun terisi kembali, memberikan tambahan pasokan air bagi masyarakat setempat. Namun, para ahli memperingatkan bahwa dampak dari fenomena ini mungkin akan berlangsung lama dan berpotensi mengubah kelembapan udara di Sahara.

Baca Juga : Ahli Beri Alasan Ilmiah Soal Fenomena Daratan Mekkah Menghijau

Fenomena Kekeringan di Amazon: Sungai Utama Menyusut ke Level Terendah

Di sisi lain dunia, Sungai Amazon dan anak sungainya, Sungai Negro, mengalami kekeringan parah yang memengaruhi ekosistem hutan hujan Amerika Selatan.

Ketinggian Sungai Negro di pelabuhan Manaus tercatat hanya 12,66 meter, jauh di bawah level normal sekitar 21 meter.

Badan geologi Brasil melaporkan fenomena ini sebagai level terendah dalam 122 tahun pengukuran. Kekeringan ini tercatat lebih awal dari rekor tahun lalu yang baru terjadi pada bulan Oktober.

Kekeringan di Amazon ini berdampak besar pada masyarakat lokal. Gracita Barbosa, seorang kasir di toko terapung di Sungai Negro, kehilangan pekerjaannya karena kapal-kapal kini tidak dapat berlayar akibat dangkalnya air sungai.

Barbosa juga kesulitan mendapatkan air minum dan tidak dapat menggunakan sungai sebagai sumber air utama untuk kebutuhan sehari-hari.

Dampak Perubahan Iklim pada Pola Cuaca Global

Fenomena ekstrem di Gurun Sahara dan Sungai Amazon ini menunjukkan pola cuaca yang semakin sulit diprediksi akibat perubahan iklim.

Celeste Saulo, sekretaris jenderal Organisasi Meteorologi Dunia, mengungkapkan bahwa siklus air global kini bergerak dengan kecepatan yang lebih tinggi dan pola yang tidak menentu. 

Menurutnya, "Akibat peningkatan suhu, siklus hidrologi telah mempercepat dan menjadi tidak terprediksi, menimbulkan masalah baik akibat kelebihan atau kekurangan air."

Perubahan siklus hidrologi ini membuat beberapa wilayah mengalami curah hujan berlebihan, sementara yang lain mengalami kekeringan ekstrem. Dampak dari ketidakteraturan ini terlihat pada ekosistem lokal.

Di Sahara, peningkatan kelembapan diperkirakan dapat memicu pertumbuhan vegetasi. Sementara itu, di Amazon, kekeringan berkepanjangan mengancam kehidupan tumbuhan, satwa liar, dan mata pencaharian masyarakat setempat yang bergantung pada sungai.

Dampak kejadian ini juga berpotensi mengganggu keseimbangan global. Sungai Amazon, yang berfungsi sebagai paru-paru dunia, menyumbang oksigen yang dibutuhkan bumi. Jika ekosistem sungai terus terganggu, keseimbangan lingkungan global dapat semakin rentan.

Baca Juga : Savana Gunung Bromo Pulih Hijau Setelah Kebakaran, Sudah Bisa Dikunjungi!