Fahd A Rafiq Bicara Soal KAA, Asian Games ‘62 dan Ganefo
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq berbicara tentang Konferensi Asia Afrika (KAA), Asian Games tahun 1962, hingga Ganefo.
Ahmad Sofyan (Kontributor) - Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962 di Jakarta. Sebelumnya, Indonesia telah dua kali mengajukan proposal untuk menjadi tuan rumah Asian Games yakni tahun 1951 dan 19524, namun proposal tersebut gagal diterima.
Pada tahun tersebut, Tokyo terpilih menjadi tuan rumah Asian Games untuk yang ketiga kalinya, Jakarta hanya mendapatkan perolehan 22 suara, dan Pakistan 20 suara.
Saat terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, pro dan kontra menghiasi media cetak kala itu, bahkan Mohammad Hatta mengkritisi keinginan Presiden Soekarno dengan mengatakan, “Memberantas kelaparan memang penting, namun memberi jiwa yang telah di injak-injak ratusan tahun dengan sesuatu yang bisa membangkitkan kebanggaan mereka pun lebih penting.”
Fahd A Rafiq menjelaskan, “Bayangkan Indonesia baru merdeka 17 tahun langsung menggelar Asian Games dan 10 tahun setelah merdeka menggelar Konferensi Asia Afrika (KAA). Sebulan diselenggarakan Asian Games, Indonesia telah membangun Stadion Gelora Bung Karno dan Madya, Gedung TVRI, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, dan Wisma Warta. Dan saat itu juga dibangunlan Tugu Selamat Datang.”
Terdapat sebuah kalimat yang diucapkan oleh Presiden Soekarno saat membakar atlet Indonesia di Manila, “Kalau engkau mencapai prestasi yang baik di sana, segenap bangsa Indonesia akan laksana mekar dia punya hati.”
Olahraga tidak hanya membentuk jasmani yang kuat dan sehat, namun olahraga juga dapat membangun jiwa dan mental.
Fahd A Rafiq menambahkan, “Sebagai manusia politik Soekarno tahu memposisikan olahraga tidak sekedar panggung penuh gegap gempita bagi rakyat banyak, dia juga menjadikan Asian games sebagai panggung politik, diantaranya pertama Soekarno untuk menaikan wibawa Indonesia di panggung dunia dan banyak mendapat apresiasi dari banyak negara. Kedua, sukarno menggunakan Asian games sebagai siasat tambahan untuk memperkuat daya gebrak politik diplomasi terkait irian barat di meja perundingan PBB. Ketiga Indonesia menjadikan Asian Games untuk menunjukkan posisi politiknya. Keempat, menjadi momentum untuk menyatukan kembali bangsa yang agak retak oleh friksi friksi politik. Olahraga menyediakan momen bagi semua anggota bangsa tanpa pandang suku, agama, etnis maupun aliran politik. Untuk duduk bersama mendukung negaranya. Dan di tahun itu juga TVRI mengudara tepatnya di tanggal 24 Agustus 1962 dan tayangan pertamanya adalah seremoni pembukaan Asian games ke -4 di Jakarta.”
Fahd A Rafiq melanjutkan, “Setahun kemudian Soekarno mengadakan olah raga kelas dunia yaitu GANEFO untuk menandingi Olimpiade, ini presiden RI paling gokil yang berani bikin tandingan olahraga tingkat dunia dimana pada saat itu GANEFO diikuti oleh negara negara yang baru merdeka dengan jumlah peserta sebanyak 2700 an atlet dari 51 negara dan acara itu berlangsung sukses dan menyita perhatian dunia kala itu. Ini adalah pesan untuk kita sebagai generasi penerus jangan pernah p10 patah arang karena para founding fathers dan mother kita melakukan hal yang diluar nalar manusia dan berani pada masanya”.
Jika ditilik di era sekarang sama seperti Real Madrid yang ingin menandingi kompetisi Champions League dengan Uefa super league namun hingga hari ini isu itu hanya jadi faktor penggentar. Percaya atau tidak Florentino Perez bikin UEFA ketar ketir karena jika hal itu benar terjadi maka kompetisi buatannya tidak laku karena tim papan atas tidak ada disitu. Maka jangan heran kalo Real madrid tahun kemarin dan beberapa tahun yang lalu sempat treble winner di kompetisi ini. Karena bisa menjinakkan pawang UEFA.
Jika melihat kondisi saat ini 4 liga top eropa seperti Inggris, Spanyol, jerman dan italia yang mana jika melihat dinamika sepak bola negeri pizza itu bak setingan. menurutnya Liga italia itu sangat di dominasi Juventus juara 7 kali berturut turut bak tak ada lawan, maka dari itu konflik dibuat di Internal juve hingga pengurangan 15 point bagaimana caranya tim tim yang jarang juara akan juara dalam 2 atau tiga tahun ke depan untuk mengangkat pamor sepak bola italia agar lebih kompetitif.
Mau bukti ketika juve kena Calciopoli beberapa tahun lalu yang berjuara bergantian dari Inter milan lalu ke milan, abis itu balik ke Juve terus sampai beberapa edisi dan pola itu dimainkan lagi sekarang, lain halnya kompetisi di negeri Ratu Elizabeth sangat ketat bahkan kekuatan uang akan kalah disana karena saking dinamisnya.
“Dengan apa yang dilakukan Presiden pertama kita khususnya bisa menjadi penyemangat kita dan mengambil pelajaran yang baik khususnya di bidang olahraga,” tutup Fahd A Rafiq.
Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat).