Kenali Chatbot AI Asal China ‘DeepSeek’ yang Kalahkan ChatGPT

DeepSeek, aplikasi AI asal China, tantang dominasi AS dengan biaya rendah & performa tinggi. Ungkap dampaknya pada pasar saham & masa depan industri AI global. Baca selengkapnya!

Kenali Chatbot AI Asal China ‘DeepSeek’ yang Kalahkan ChatGPT
Kenali Chatbot AI Asal China ‘DeepSeek’ yang Kalahkan ChatGPT. Gambar : Reuters/Dado Ruvic/Illustration

BaperaNews - Berita baru mengenai kemunculan aplikasi kecerdasan buatan (AI) DeepSeek asal China telah menarik perhatian besar di pasar global. 

Aplikasi yang dikembangkan dengan biaya jauh lebih rendah dibandingkan pesaing utamanya, seperti OpenAI, kini menjadi yang teratas di App Store di beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan China. 

Ini terjadi setelah DeepSeek mengalahkan aplikasi chatbot AI populer lainnya, ChatGPT, dalam hal unduhan.

Kenaikan popularitas aplikasi DeepSeek mempengaruhi harga saham perusahaan-perusahaan terkait AI di Amerika Serikat, dengan saham Nvidia, Microsoft, dan Meta mengalami penurunan yang signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa popularitas DeepSeek yang berkembang pesat mulai menantang dominasi Amerika Serikat dalam industri AI, meskipun banyak yang beranggapan bahwa AS masih merupakan pemimpin dalam bidang ini. 

Sebagian pihak juga mulai bertanya-tanya tentang sejauh mana perusahaan-perusahaan besar di AS akan berinvestasi dalam riset dan pengembangan AI untuk bersaing dengan DeepSeek.

DeepSeek didukung oleh model DeepSeek-V3 yang bersumber terbuka dan dikembangkan dengan biaya hanya sekitar US$6 juta.

Biaya ini sangat rendah dibandingkan miliaran dolar yang telah diinvestasikan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft dan Nvidia dalam pengembangan teknologi AI mereka. Meskipun demikian, beberapa pihak di dunia AI meragukan klaim tersebut.

Meluncurkan DeepSeek-R1 awal bulan ini, perusahaan asal China ini mengklaim bahwa performanya setara dengan model AI terbaru dari OpenAI dalam hal kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal matematika, pemrograman, dan penalaran bahasa alami.

Marc Andreessen, seorang pemodal ventura dan penasihat Donald Trump, bahkan menggambarkan peluncuran DeepSeek-R1 sebagai "momen Sputnik AI", merujuk pada momen ketika Uni Soviet mengejutkan dunia dengan peluncuran satelit pertama pada 1957.

Lonjakan popularitas DeepSeek di pasar juga mempengaruhi pergerakan saham perusahaan-perusahaan terkait AI.

ASML, pembuat peralatan chip asal Belanda, mengalami penurunan harga saham lebih dari 10%, sementara Siemens Energy, perusahaan perangkat keras terkait AI, mengalami penurunan hingga 21%. 

Baca Juga : Fakta Unik: Mayoritas Kembang Api di Seluruh Dunia Berlabel 'Made in China'

Banyak analis pasar yang menyebutkan bahwa keberhasilan DeepSeek-R1 ini mengejutkan pasar karena model AI yang lebih murah ini sebelumnya belum muncul, sehingga muncul kekhawatiran tentang keuntungan para pesaing.

Selain itu, Vey-Sern Ling, seorang penasihat ekuitas teknologi yang berbasis di Singapura, menyebutkan bahwa keberadaan model AI murah ini berpotensi mengancam investasi besar yang sudah dilakukan di seluruh rantai pasokan AI.

Di sisi lain, beberapa analis dari Citi, sebuah bank besar di Wall Street, berpendapat bahwa meskipun DeepSeek berpotensi menantang perusahaan-perusahaan AI terkemuka di AS, masalah-masalah yang dihadapi perusahaan-perusahaan China dalam pengembangan produk dapat memperlambat kemajuan mereka.

Meskipun menghadapi kendala dalam hal akses ke teknologi chip canggih yang terbatas, para pengembang AI di China, termasuk yang berada di balik DeepSeek, telah berhasil mengatasi masalah ini dengan menciptakan model AI yang membutuhkan daya komputasi lebih rendah, sehingga memungkinkan mereka untuk mengurangi biaya produksi.

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa China kini mampu bersaing ketat dengan negara-negara besar dalam bidang AI.

Liang Wenfeng, pendiri DeepSeek, juga memainkan peran penting dalam perkembangan perusahaan ini.

Liang Wenfeng terlibat dalam mendirikan dana lindung nilai untuk mendukung DeepSeek dan juga berhasil mengumpulkan sejumlah besar chip Nvidia A100 yang saat ini dilarang untuk diekspor ke China. 

Diperkirakan Liang memiliki sekitar 50.000 unit chip tersebut, yang membuatnya mampu meluncurkan DeepSeek. 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada hambatan teknologi, perusahaan-perusahaan China tetap dapat berinovasi dan menghasilkan produk yang kompetitif.

Baca Juga : China Longgarkan Bebas Visa Transit Jadi 10 Hari untuk 54 Negara, RI Tak Termasuk