Twitter Bisa Melacak Akun Palsu Penyebar Hoax
Buzzer di Twitter kini bisa dilacak dan akun tersebut bisa ditutup, Hal ini Karena Twitter bisa melacak akun palsu penyebar Hoax
BaperaNews - Kini, Twitter telah membuat sebuah sistem deteksi yang dapat melacak akun palsu serta mencegah terjadinya hoaks yang sering terjadi di media sosial.
Yoel Roth yang merupakan Kepala Global Integritas Situs Twitter, menyampaikan bahwa Twitter melakukan analisis akun palsu yang diidentifikasi melalu berbagai cara, yaitu melalui foto, profil pengguna, hingga konten yang dibagikan di kolom cuitannya.
Pada hari Jumat (17/09/2021), Roth mengatakan bahwa pihaknya melihat satu per satu sinyal itu untuk diidentifikasi apakah akun tersebut palsu atau tidak.
Roth pun melanjutkan bahwa profil di akun seseorang dapat dilihat melalui foto yang telah akun tersebut unggah, apakah foto tersebut telah tersebar luas atau belum.
Setelah itu, Twitter bisa melakukan identifikasi lanjutan guna memastikan akun tersebut palsu atau tidak.
Selain itu, dapat juga dilakukan identifikasi lewat teks yang telah ditampilkan di profil misalnya bio ataupun deskripsi akun. Kemudian, pihaknya juga mengklaim melakukan pengecekan lokasi dari postingan pengguna.
Roth menjelaskan bahwa pihaknya juga telah melihat orang lain yang memiliki informasi menyesatkan. Apabila seseorang mengaku di Hong Kong tetapi ia login melalui server di Ukraina, hal tersebut dapat dijadikan sebagai sinyal bahwa orang tersebut berniat menipu orang dengan mengoperasikan satu profil yang menyesatkan atau palsu.
Hingga kini, Twitter telah mencatat bahwa terdapat lebih dari ribuan akun yang mendaftar di Twitter setiap jamnya.
Dengan banyaknya jumlah pendaftar, maka Twitter dapat melakukan identifikasi apakah terdapat akun yang mirip atau berkaitan satu sama lain.
Selain menggunakan cara tersebut, Twitter juga memberikan arsip data yang dianggap menyebarkan kampanye manipulatif. Twitter telah menerbitkan data lengkap sebesar 9TB yang dapat diakses di dalam website bantuan Twitter.
Roth menyampaikan bahwa sejak Twitter luncurkan fitur arsip di tahun 2018, pihaknya telah mengungkapkan jutaan twit, data gambar dan video 9 TB yang terdiri dari 17 negara dengan 37 kampanye terpisah.
Roth meminta agar masyarakat dapat memahami dengan tepat apa yang terjadi dan apa yang menjadi bagian dari suatu bentuk kampanye yang memberikan pengaruh menyesatkan di Twitter.
Kemudian Roth menjelaskan bahwa tujuan pihaknya melakukan itu yakni pihaknya bertanggung jawab untuk dapat menyediakan transparansi bagi pengguna, peneliti, pemerintah serta kepada umum tentang kampanye disinformasi yang terjadi di twitter.
Terakhir, Roth menyampaikan keterbukaan tersebut merespons hasil penelitian yaitu metode pemblokiran atau take down konten yang seringkali dilakukan Twitter tak cukup untuk melindungi pengguna dari merebaknya berita bohong. Alhasil mereka memilih melakukan transparansi supaya masyarakat memahami dan mengetahui contoh disinformasi.