Ranny Fahd A Rafiq Desak Pemerintah Hentikan Propaganda Berlebihan Terkait Daging dan Susu

Anggota DPR RI Ranny Fahd A Rafiq kritik propaganda konsumsi daging dan susu berlebihan. Ungkap dampak negatif pada kesehatan & beban ekonomi negara.

Ranny Fahd A Rafiq Desak Pemerintah Hentikan Propaganda Berlebihan Terkait Daging dan Susu
Ranny Fahd A Rafiq Desak Pemerintah Hentikan Propaganda Berlebihan Terkait Daging dan Susu. Gambar : Instagram/@ranny.fahdarafiq

BaperaNews - Anggota DPR RI Komisi IX, Ranny Fahd A Rafiq, mengkritik keras propaganda berlebihan terkait konsumsi daging dan susu yang dinilainya menyesatkan.

Menurutnya, industri makanan dan minuman (food beverages) termasuk dalam tiga besar bisnis dengan omzet tertinggi di dunia, disusul oleh industri permainan dan hiburan (games and toys), termasuk kasino serta judi online (judol), serta sektor kesehatan dan farmasi yang mengalami lonjakan besar akibat pandemi COVID-19.

Hal ini disampaikan langsung oleh Ranny Fahd A Rafiq dalam sebuah pernyataan di Jakarta pada Jumat (31/1/2025).

"Berbeda dengan industri makanan yang dimiliki oleh jutaan pengusaha, mulai dari pedagang kecil seperti angkringan hingga raksasa seperti McDonald’s dan produsen makanan olahan besar lainnya, industri kasino, farmasi, serta alat perang didominasi oleh segelintir pemain dengan modal besar. Hal ini menyebabkan keuntungan berputar hanya di kalangan elite dunia yang jumlahnya sekitar 1% dari populasi manusia," ujar Ranny.

Ia menyoroti bagaimana sektor farmasi yang bergantung pada kondisi kesehatan masyarakat menjadi bisnis bernilai besar.

"Orang sakit adalah pasar utama bagi industri ini, dan ironisnya, banyak penyakit yang muncul akibat pola konsumsi yang sebenarnya diciptakan oleh manusia sendiri," ungkapnya.

Menurut Ranny, perang kesehatan telah berlangsung sejak akhir 1940-an pasca-Perang Dunia II, dipelopori oleh industri makanan olahan.

Ia menegaskan bahwa kampanye yang menggiring opini publik untuk mengonsumsi protein hewani secara berlebihan merupakan propaganda yang telah berlangsung lama.

"Daging, susu, dan telur sering dianggap sebagai sumber protein terbaik bagi manusia. Padahal, studi terbaru membuktikan bahwa konsumsi berlebihan justru berbahaya dalam jangka panjang. Protein hewani yang diklaim bermanfaat ternyata berisiko menyebabkan penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, kolesterol, hingga kanker," paparnya.

Ranny mencontohkan salah satu propaganda terkenal, "Real Men Eat Meat," yang mendorong konsumsi daging sebagai lambang kejantanan.

Namun, menurutnya, fakta ilmiah menunjukkan sebaliknya, yaitu konsumsi berlebih daging dan produk hewani justru memicu berbagai penyakit kronis.

"Industri makanan dan produsen daging serta susu telah membentuk persepsi bahwa produk mereka adalah yang terbaik bagi tubuh manusia. Padahal, konsumsi berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan," lanjutnya.

Ranny juga menyoroti dampak ekonomi dari propaganda konsumsi daging dan susu terhadap sistem kesehatan nasional.

Baca Juga : Ranny Fahd A Rafiq: Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Warga Indonesia dan Global, Pemerintah Perlu Siapkan Counter Strateginya

Ia menyatakan bahwa meningkatnya jumlah penderita penyakit kronis akibat pola makan yang tidak sehat berdampak langsung pada pengeluaran negara, khususnya dalam pembiayaan layanan kesehatan melalui BPJS.

"Semakin banyak masyarakat yang sakit akibat pola makan tidak sehat, semakin besar pula beban negara dalam menanggung biaya pengobatan mereka. Ini adalah efek domino yang merugikan kita semua," ujarnya.

Menurutnya, pemerintah seharusnya lebih bijak dalam mengedukasi masyarakat mengenai pola makan sehat, bukan justru memperkuat propaganda yang berisiko memperburuk kesehatan rakyat.

"Tugas saya sebagai wakil rakyat bukan hanya menyampaikan aspirasi, tetapi juga mengedukasi masyarakat agar lebih sadar terhadap dampak pola makan yang mereka pilih," tegas Ranny.

Menanggapi pertanyaan mengenai tanggung jawab individu dalam memilih pola makan sehat, Ranny menekankan bahwa kesadaran masyarakat menjadi faktor utama dalam perubahan gaya hidup.

"Pada akhirnya, semua kembali pada pilihan masing-masing. Mau sehat atau terus sakit? Tidak ada gunanya memiliki banyak harta jika tubuh kita tidak sehat," ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengungkap fakta mengejutkan bahwa banyak asosiasi kesehatan ternama, seperti American Diabetes Association dan American Cancer Association, justru mendapatkan dukungan dari industri makanan olahan dan farmasi yang produknya berkontribusi terhadap penyakit-penyakit tersebut.

"Ini adalah bentuk ironi besar. Banyak pasien yang akhirnya harus mengonsumsi obat-obatan seumur hidup akibat pola makan yang salah sejak awal. Industri farmasi diuntungkan, sementara masyarakat terus bergantung pada obat-obatan," ungkapnya.

Sebagai solusi, Ranny mengajak masyarakat untuk mencoba pola makan berbasis nabati selama satu bulan untuk melihat perbedaannya.

Ia mengklaim bahwa mengganti makanan tinggi protein hewani dengan makanan berbasis sayur dan buah dapat menormalkan kadar kolesterol, gula darah, dan tekanan darah dalam waktu singkat.

"Cobalah selama satu bulan. Kurangi daging, susu, dan telur, lalu ganti dengan sayuran seperti sayur lodeh, sup, sayur asem, serta perbanyak konsumsi buah dan air putih. Saya bisa jamin bahwa dalam 15 hingga 30 hari, kondisi kesehatan Anda akan jauh lebih baik," tegasnya.

Ranny juga menekankan bahwa tubuh manusia secara alami lebih cocok dengan pola makan vegetarian dibandingkan dengan konsumsi protein hewani dalam jumlah besar.

"Lihatlah menu makanan di rumah sakit, hampir semuanya berbasis sayur dan buah. Ini adalah bukti bahwa makanan terbaik bagi tubuh kita bukanlah daging dan susu, tetapi makanan alami yang lebih mudah dicerna dan bermanfaat bagi kesehatan," pungkasnya.

Baca Juga : Ranny Fahd A Rafiq Desak Pertamina Agar Sulfur BBM Dipangkas Hingga 50 ppm, Untuk Kesehatan Pernapasan Masyarakat Indonesia