Ranny Fahd A Rafiq: Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Warga Indonesia dan Global, Pemerintah Perlu Siapkan Counter Strateginya
Ranny Fahd A Rafiq soroti ancaman perubahan iklim terhadap kesehatan global. Edukasi masif & strategi pemerintah diperlukan untuk cegah dampak sistemik di Indonesia.

BaperaNews - Pada 28 Mei 2024, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyetujui Program Kerja Umum 2025-2028 yang berfokus pada ancaman kesehatan akibat perubahan iklim.
Salah satu indikator pentingnya adalah mencairnya es di Kutub Utara dan Selatan, yang dapat membuat perubahan iklim semakin sulit diprediksi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Anggota DPR RI, Ranny Fahd A Rafiq, di Gedung DPR/MPR pada Kamis (23/1/2024).
“Perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kesehatan manusia. Dampaknya tidak hanya pada kondisi fisik, tetapi juga sosial dan ekonomi. Situasi ini menuntut manusia untuk lebih tangguh dalam menjaga kehidupan di planet bumi,” ujar politisi dari Partai Golkar tersebut.
Ranny juga menyoroti ancaman dari teknologi seperti High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP) yang dikembangkan oleh negara adidaya.
Teknologi ini, menurutnya, dapat memodifikasi cuaca, menonaktifkan satelit, hingga menciptakan bencana buatan seperti badai, tornado, gempa bumi, dan tsunami.
“Pemerintah harus memiliki counter strategy untuk mengantisipasi hal ini agar tidak berdampak sistemik pada kesehatan masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Selain itu, Ranny mengusulkan agar pemerintah melakukan edukasi masif melalui video di media sosial. Informasi tentang perubahan iklim yang berdampak pada kesehatan harus dijelaskan secara rinci dan mudah diakses, mengingat mayoritas masyarakat Indonesia lebih akrab dengan ponsel untuk mendapatkan informasi.
Sebagai Anggota Komisi IX DPR RI, Ranny memaparkan data mengejutkan bahwa saat ini 3,6 miliar orang tinggal di daerah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Negara-negara berpenghasilan rendah dan kepulauan kecil, meskipun kontribusinya terhadap emisi global sangat kecil, merasakan dampak kesehatan yang paling buruk.
“Indonesia juga terdampak oleh perubahan iklim ini,” katanya.
Istri dari Fahd A Rafiq ini menjelaskan bahwa perubahan iklim memengaruhi kesehatan dalam berbagai cara, seperti meningkatnya angka kematian akibat peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, badai, dan banjir.
Ia memprediksi, pada 2025, wilayah pesisir pantai dan sungai di Indonesia menjadi area rawan bencana yang membutuhkan langkah antisipasi dari pemerintah.
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa perubahan iklim dapat mengganggu sistem pangan dan meningkatkan risiko penyakit zoonosis, penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia, serta penyakit yang ditularkan melalui makanan, air, dan vektor.
“Perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan mental, seperti kecemasan, stres pascatrauma, hingga gangguan jangka panjang akibat faktor seperti pengungsian,” tambah Ranny.
Ranny menegaskan bahwa kelompok rentan seperti wanita, anak-anak, minoritas etnis, komunitas miskin, migran atau pengungsi, populasi lanjut usia, dan mereka dengan kondisi kesehatan sebelumnya akan merasakan dampak perubahan iklim lebih besar.
Ia juga mengapresiasi program pemerataan akses kesehatan, yang menjadi salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto, khususnya untuk masyarakat pedalaman.
Data WHO menunjukkan bahwa sekitar 37% kematian terkait panas diakibatkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
WHO juga memproyeksikan adanya 250.000 kematian tambahan per tahun pada 2030-an akibat penyakit seperti malaria dan banjir.
“Perubahan suhu meningkatkan penyebaran penyakit. Tanpa tindakan pencegahan, angka kematian akibat penyakit ini dapat melonjak dari 700.000 menjadi jauh lebih besar,” ungkapnya.
Ranny menyimpulkan bahwa krisis iklim berpotensi menghapus pencapaian 50 tahun terakhir dalam pembangunan, kesehatan global, dan pengurangan kemiskinan.
“Pemerintah harus cepat dan tanggap menghadapi masalah kesehatan akibat perubahan iklim ini. Dukungan dari WHO memberikan peluang besar untuk meminimalkan angka kematian, khususnya di Indonesia, negeri yang kita cintai,” pungkasnya.
Baca Juga : Ranny Fahd A Rafiq Soroti Kasus HIV/AIDS Makin Merebak Hingga Love Scamming, Pemerintah Perlu Ambil Tindakan