Ragam Ide Dan Teknologi Agar Jakarta Tak Tenggelam
Heri Andreas seorang dosen Studi Teknik Geodesi & Geomatika ITB membeberkan beragam teknologi yang ideal untuk mencegah Jakarta tenggelam!
BaperaNews - Heri Andreas, dosen Studi Teknik Geodesi & Geomatika ITB menjelaskan beragam teknologi ideal untuk mencegah Jakarta tenggelam. Ia mengatakan membuat tanggul di area pesisir pantai adalah salah satu cara paling terukur untuk mengatasi bencana musiman tersebut. Namun tak sekedar membuat tanggul saja, juga perlu disertai sistem drainase polder agar air bisa didistribusi dari darat ke laut.
“Tanggul itu harus pakai sistem polder, jadi air yang dari hujan tidak bisa ke laut kalau lautnya ditanggul” ujarnya Selasa pagi 8 Maret 2022. Ia menjelaskan kolam di penampungan air dan pompa di dalam sistem polder tersebut bisa mengeluarkan air berlebih di darat untuk kemudian didistribusikan ke laut.
Sistem polder menurutnya penting karena bisa mengeluarkan sisa air hujan dari lautan jika bagian pesisirnya sudah dibangun tanggul, “Itu rumusnya sudah jadi rumus internasional, yakni membangun tanggul bersistem polder” lanjutnya.
Baca Juga: Kementerian PUPR Akan Bangun Rumah Khusus Dengan Teknologi 3D!
Heri Andreas melanjutkan, tanggul dan polder hanya salah satu contoh teknologi yang bisa dipakai agar Jakarta tidak tenggelam, di sisi lain, air tanah juga harus diperhatikan manajemen eksploitasinya. Jika ingin mengurangi eksploitasi air tanah, pemerintah tentu harus menyediakan sumber air lainnya misalnya dengan distribusi air yang bukan dari wilayah Jakarta, dengan teknik desalinasi yang mengubah air asin jadi air tawar, dengan teknik panen air hujan atau water harvesting, atau bisa dengan teknik daur ulang air.
Sedangkan teknologi yang paling canggih ialah menginjeksi air ke tanah, teknologi ini disebut dengan artificial recharge, yang dilakukan dengan cara menyemprotkan air dengan kedalaman lebih dari 40 meter, untuk mengganti eksploitasi air tanah yang banyak tersurut dan banyak dipakai masyarakat ibu kota.
“Jadi kalau diserapkan airnya ke sumber yang dalam, kita harus mengganti air yang dieksploitasi itu” ungkap Heri Andreas.
Sebab menurutnya, sumur resapan air di Jakarta itu yang punya kedalaman kurang dari 40 meter tidak bertujuan untuk mencegah Jakarta tenggelam, karena air hanya bisa tertampung di tanah yang dangkal, “bukan buat sumur resapan ya, jadi misal sumur resapan untuk mencegah Jakarta tenggelam, itu kan tidak tepat karena air sumurnya dangkal kan” jelasnya.
Memang sederet teknologi yang disampaikan Heri Andreas butuh waktu tidak sedikit, 10 – 15 tahun untuk bisa kembali menormalkan pesisir, jika segera dimulai, maka Jakarta bisa selamat dari tenggelam pada tahun 2030, “Jadi masih ada waktu kalau melihat dari on going prosesnya” tutupnya.
Baca Juga: Mari Mengenal Kembali E-Meterai Yang Diresmikan Tahun Lalu