Jokowi: Sistem Perizinan Konser Internasional di Indonesia Ruwet

Presiden Jokowi mengkritik birokrasi perizinan konser di Indonesia yang dinilai ruwet. Baca selengkapnya di sini!

Jokowi: Sistem Perizinan Konser Internasional di Indonesia Ruwet
Jokowi: Sistem Perizinan Konser Internasional di Indonesia Ruwet. Gambar: Instagram/@jokowi

BaperaNews - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengkritik kerumitan proses perizinan konser musik Internasional di Indonesia.

Dalam acara peluncuran digitalisasi layanan perizinan penyelenggaraan acara di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, pada Senin, (24/6)4, Jokowi menekankan perlunya perbaikan dalam sistem perizinan untuk memudahkan penyelenggara acara.

Jokowi menyoroti bahwa kerumitan birokrasi perizinan menjadi salah satu alasan mengapa banyak musisi internasional seperti Taylor Swift dan Coldplay memilih menggelar konser di Singapura daripada di Indonesia.

"Saya tanya ke penyelenggara, karena memang urusan perizinan kita ruwet," ujarnya.

Taylor Swift, misalnya, lebih memilih Singapura untuk konser The Eras Tour pada 2-4 dan 7-9 Maret 2024. Swift, yang memiliki lebih dari 2,2 juta pendengar di Indonesia menurut data Spotify, tidak memasukkan Indonesia dalam jadwal turnya di Asia Tenggara.

Coldplay juga lebih banyak tampil di Singapura, meskipun mereka sempat menggelar konser di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada 15 November 2023.

Menurut Jokowi, Singapura dipilih oleh musisi internasional karena negara tersebut menawarkan sistem perizinan acara yang lebih efisien.

"Kenapa, sih, selalu yang menyelenggarakan adalah Singapura? Ya karena kecepatan melayani dalam mendatangkan artis-artis tadi. Dukungan pemerintah baik itu kemudahan, akses keamanan, dan lain-lainnya," kata Jokowi.

Baca Juga: Jokowi Bentuk Satgas Pemberantas Judi Online, Bekerja Sampai Akhir 2024

Dukungan ini mencakup kemudahan akses, keamanan, dan pelayanan cepat yang memudahkan penyelenggara konser dalam merencanakan dan melaksanakan acara.

Jokowi juga menyoroti dampak ekonomi dari tidak hadirnya konser-konser besar di Indonesia. Dia menyatakan bahwa Indonesia kehilangan potensi pemasukan dari penjualan tiket, biaya penginapan, kuliner, hingga transportasi yang seharusnya bisa dimanfaatkan.

Selain itu, kualitas suara saat konser Coldplay di GBK, menurut Jokowi, dianggap lebih baik dibandingkan di Singapura, namun hanya mampu menggelar konser untuk satu hari saja.

"Padahal yang saya dengar, kualitas suara sound system waktu Coldplay itu di GBK dengan yang di sana [Singapura] bagus yang di sini," tambah Jokowi, menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki fasilitas yang mampu menyelenggarakan konser berkualitas tinggi.

Sebagai tanggapan terhadap masalah ini, Jokowi mengumumkan peluncuran digitalisasi layanan perizinan acara. Program ini diharapkan dapat mempermudah proses perizinan, memberikan kepastian yang lebih cepat, mengurangi birokrasi, dan menekan biaya. Jokowi berharap inisiatif ini akan meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam pengurusan perizinan acara di Indonesia.

"Mengenai digitalisasi perizinan ini yang segera kita launching, harapan saya bukan web layanan, tapi betul memberikan kemudahan pengurusan, kepastian jauh sebelumnya, potong birokrasi kita, dan munculnya adalah cost yang lebih murah dan lebih terbuka, transparan," jelasnya.

Baca Juga: Resmi! Jokowi Izinkan Ormas Keagamaan Kelola Lahan Tambang