Iran Peringatkan Israel untuk Tidak Membalas Serangan Rudal
Iran, sebagai pendukung utama Hamas, mengeluarkan peringatan keras terhadap Israel, jika masih terus melakukan tindakan lebih lanjut di Gaza atau wilayah lain.
BaperaNews - Israel mengonfirmasi bahwa pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, telah dibunuh dalam sebuah operasi yang dilakukan oleh pasukan Israel di Jalur Gaza pada Rabu (16/10).
Pembunuhan ini merupakan pencapaian signifikan bagi Israel dalam konflik yang telah berlangsung selama lebih dari setahun, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mengenai kemungkinan balasan dari Iran, yang merupakan sekutu dekat Hamas.
Militer Israel menyatakan bahwa setelah proses identifikasi, mereka memastikan bahwa Sinwar tewas dalam serangan tersebut, yang dianggap sebagai langkah strategis dalam upaya mengakhiri kekerasan di kawasan itu.
Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memperingatkan bahwa perang di Gaza belum berakhir, dan Israel akan melanjutkan operasi militernya sampai semua sandera yang ditahan Hamas dikembalikan.
Sejalan dengan pernyataan Netanyahu, Iran, sebagai pendukung utama Hamas, mengeluarkan peringatan keras terhadap Israel.
Para pemimpin Iran menekankan bahwa balasan yang memadai akan diberikan jika Israel melakukan tindakan lebih lanjut di Gaza atau wilayah lain yang dapat memicu ketegangan lebih besar di Timur Tengah.
Peringatan ini mencerminkan ketegangan yang terus meningkat antara Israel dan sekutu-sekutu Hamas, termasuk Iran dan Hizbullah di Lebanon.
Sementara itu, di Gaza, penduduk yang telah mengalami serangan berkelanjutan selama bertahun-tahun merasa pesimistis tentang masa depan.
Masyarakat di sana beranggapan bahwa konflik akan terus berlanjut, meskipun ada harapan untuk menentukan nasib sendiri. Beberapa warga Gaza menyatakan keinginan untuk melanjutkan perjuangan mereka meskipun pemimpin mereka telah dibunuh.
Baca Juga : Makin Kejam! Israel Siksa Warga Palestina dengan Penyakit Kudis
Presiden AS Joe Biden juga menghubungi Netanyahu untuk memberikan ucapan selamat atas kematian Sinwar, yang dianggap sebagai "rintangan utama" dalam upaya mencapai gencatan senjata.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menyatakan bahwa dengan hilangnya Sinwar, ada peluang baru untuk memulai perundingan mengenai usulan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Miller mencatat bahwa Sinwar telah secara konsisten menolak untuk berunding dalam beberapa minggu terakhir.
Namun, meskipun ada optimisme di kalangan beberapa pemimpin Barat, Netanyahu tetap menekankan bahwa Israel akan terus berjuang untuk memastikan keselamatan warganya dan kembalinya para sandera.
"Hari ini kita telah menyelesaikan masalah ini. Hari ini kejahatan telah ditimpa masalah, tetapi tugas kita masih belum selesai," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Sementara Israel melanjutkan operasi militernya, Iran dan Hizbullah di Lebanon telah meningkatkan kewaspadaan dan menyatakan dukungan mereka terhadap Hamas.
Pihak Iran menyatakan bahwa kematian Sinwar tidak akan menghentikan perlawanan terhadap Israel dan mengindikasikan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah untuk mendukung kelompok militan di Gaza.
"Pembunuhan Sinwar tidak akan mengakhiri perlawanan atau menyerah," ujar seorang perwakilan Iran.
Kematian Sinwar memicu reaksi beragam di kalangan masyarakat Israel dan Palestina. Di Israel, keluarga sandera yang ditawan Hamas menyatakan harapan untuk gencatan senjata dan pembebasan orang-orang yang mereka cintai.
Namun, mereka juga khawatir bahwa pembunuhan pemimpin Hamas ini dapat meningkatkan risiko bagi keselamatan para sandera yang masih berada di tangan kelompok militan tersebut.
Di sisi lain, warga Gaza yang selama ini berjuang melawan pendudukan Israel, merasakan bahwa meskipun Sinwar terbunuh, perjuangan mereka untuk kebebasan dan hak asasi manusia tidak akan berhenti.
"Ini adalah perlawanan yang tidak akan hilang ketika manusia menghilang," ungkap seorang pengungsi Palestina di Khan Younis, Gaza.
Baca Juga : AS Ancam Stop Beri Bantuan Senjata Jika Israel Semakin Gila di Gaza