Terancam Digusur, Begini Curhatan Warga Kampung Bambu Yang Rumahnya Berlokasi Di Sekitar JIS

Warga Kampung Bambu yang rumahnya berada di sekitar lokasi JIS mengaku sedih karena rumahnya terancam akan digusur beberapa bulan kedepan.

Terancam Digusur, Begini Curhatan Warga Kampung Bambu Yang Rumahnya Berlokasi Di Sekitar JIS
Kampung Bambu Terancam Gusuran JIS. Gambar : Dok. Marteen Ronaldo/detikcom

BaperaNews - Masyarakat Kampung Bambu, Papanggo Tanjung Priok Jakarta Utara yang rumahnya berada di sekitar lokasi JIS (Jakarta International Stadium) mengaku sedih karena rumahnya terancam akan digusur beberapa bulan ke depan.

Salah satu warga bernama Fery (51) mengaku pihak kelurahan sudah datang untuk mendata, rumah-rumah warga juga sudah ditandai dengan nomor khusus dengan tulisan dari cat merah. “Berarti kan sudah jelas kita mau digusur, sudah dikasih nomor itu yang cat merah” kata Feri Senin 24 Januari 2022.

Warga lain bernama Supardi (57) juga mengungkap hal yang sama, ia dan tetangga-tetangganya juga sudah didata, namun belum diketahui kapan penggusuran akan dilakukan.

Berdasarkan informasi yang beredar, kata Supardi kawasan JIS (Jakarta International Stadium) akan diresmikan sekitar bulan April 2022, jadi selambatnya pada bulan Maret 2022, kawasan tersebut harus sudah bersih semua, “informasinya sih gitu  bulan lagi bulan April mau diresmikan, jadi Maret harus sudah pergi semua, kawasan sini harus sudah bersih” ujarnya.

Baca Juga: Satpol PP DKI Jakarta Beri Sanksi Tertulis ke MOI Terkait Acara Cosplay

Sebagai informasi, Kampung Bambu berada di sisi utara JIS (Jakarta International Stadium), dekat dengan Kampung Bayam yang sebelumnya sudah digusur, lokasinya berada antara rel kereta api dan Jl. RE Martadinata. Meski demikian, Fery dan warga lainnya mengaku belum tahu berapa nominal uang ganti rugi yang akan mereka dapatkan dan belum menerima arahan kapan harus mengosongkan rumah dan pergi.

Fery menjelaskan di Kampung Bambu sendiri ada 200 KK, warga memang tidak bisa menolak untuk digusur karena tanah yang mereka tempati adalah milik pemerintah, hanya saja ia dan warga lain berharap bisa mendapatkan ganti rugi dengan jumlah yang sama dengan warga Kampung Bayam agar bisa dipakai untuk biaya mencari tempat tinggal baru.

Sementara itu Supardi juga bercerita kalau warga Kampung Bambu sebagian besar belum tahu akan pindah kemana karena mereka tidak memiliki penghasilan tetap, sebagian besar kerjanya tidak tentu atau serabutan.

Sebelumnya warga Kampung Bayam yang digusur mendapat santunan dari pemerintah sekitar Rp 28 – 40 juta untuk pemilik bangunan tetap, sedangkan para pengontrak mendapatkan dana Rp 4 – 6 juta, jumlahnya tidak banyak karena dari awal tanah tersebut memang milik Pemerintah, namun hal ini tidak berjalan mulus, uang santunan harus diberikan secara transfer dan warga harus membuat rekening baru, dari 627 KK Kampung Bayam, ada sekitar 50 KK yang menolak untuk membuat rekening.

Baca Juga: Terbongkar! Ini Kondisi Kerangkeng Manusia di dalam Rumah Bupati Langkat