Satryo Soemantri Brodjonegoro, Mendikti Baru di Kabinet Prabowo-Gibran

Satryo Soemantri Brodjonegoro dilantik sebagai Mendikti dalam Kabinet Prabowo-Gibran, fokus pada pengembangan pendidikan tinggi dan riset di Indonesia.

Satryo Soemantri Brodjonegoro, Mendikti Baru di Kabinet Prabowo-Gibran
Satryo Soemantri Brodjonegoro, Mendikti Baru di Kabinet Prabowo-Gibran. Gambar : Dok. Rizq Azzahra/pojoksatu.id

BaspersNews - Satryo Soemantri Brodjonegoro resmi ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti) dalam Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming.

Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo pada Minggu (20/10) malam di Istana Negara, Jakarta.

Satryo akan memimpin kementerian baru yang berfokus pada pengembangan pendidikan tinggi dan riset di Indonesia, dengan Stella Christie sebagai Wakil Menteri yang mendampinginya.

Pengalaman Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam Pendidikan dan Riset

Satryo Soemantri Brodjonegoro bukanlah nama baru di dunia pendidikan dan riset Indonesia. Sebelum menjabat sebagai Mendikti, ia memiliki pengalaman panjang sebagai Dekan Fakultas Teknik ITB, Guru Besar Teknik Mesin, serta Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.

Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Dengan latar belakang yang kuat, Satryo dianggap sebagai sosok yang tepat untuk memperbaiki iklim riset dan pendidikan tinggi di Indonesia.

Dalam pertemuannya dengan Presiden Prabowo sebelum pengangkatannya, Satryo menekankan pentingnya pemilihan sosok yang tepat untuk memimpin bidang pendidikan tinggi dan riset.

"Enggak banyak sih orang yang capable. Ada, tapi kan harus juga punya keberanian untuk membuat terobosan," kata Satryo.

Ia juga menekankan pentingnya seorang pemimpin yang dihormati oleh komunitas ilmuwan dan peneliti di Indonesia.

Baca Juga : Simak Profil Maruarar Sirait, Menpera di Kabinet Merah Putih

Tantangan Riset dan Pendidikan Tinggi

Salah satu masalah yang sering dibahas oleh Satryo adalah kurangnya dukungan terhadap riset dasar di Indonesia. Menurutnya, riset dasar sering kali diabaikan oleh para pemangku kebijakan karena hasilnya yang tidak terlihat dalam jangka pendek.

"Pertama, untuk bisa meyakinkan parlemen dan birokrasi bahwa riset itu penting, harus di-backup dengan ekosistem yang memadai," ujar Satryo.

Ia juga menyoroti kendala anggaran riset yang sering kali dipandang sebagai beban bagi APBN.

"Mulai dari DPR hingga Menteri Keuangan sering kali menganggap riset tidak memberikan kontribusi nyata pada pertumbuhan ekonomi," katanya. 

Oleh karena itu, ia berharap Presiden Prabowo dapat memberikan diskresi khusus untuk memastikan alokasi anggaran yang memadai bagi riset dasar.

Profil Singkat Satryo Soemantri Brodjonegoro

Satryo lahir di Delft, Belanda, pada 5 Januari 1956, dan berasal dari keluarga pendidik. Ayahnya, Soemantri Brodjonegoro, adalah salah satu penerima beasiswa teknik pertama dari pemerintah Indonesia pasca-kemerdekaan.

Tidak hanya Satryo, kedua saudara laki-lakinya juga berkarier di dunia akademik, yaitu Irsan Soemantri yang mengajar di ITB, dan Bambang Brodjonegoro yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan serta Menteri Ristek dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Satryo meraih gelar Ph.D. di bidang teknik mesin dari University of California, Berkeley, pada tahun 1985. Sejak itu, ia berkiprah di dunia akademik dan riset.

Sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB, ia memulai reformasi pendidikan tinggi yang berfokus pada peningkatan kualitas lulusan agar mampu bersaing di tingkat internasional. 

Inisiatif ini kemudian diadopsi oleh ITB dan juga Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional saat itu.

Mendorong Riset Dasar dan Kebijakan Presiden

Sebagai Mendikti di Kabinet Merah Putih, Satryo dihadapkan pada tantangan besar untuk memperbaiki ekosistem riset dan pendidikan tinggi di Indonesia.

Salah satu prioritas utamanya adalah mendorong pengembangan riset dasar yang menurutnya sangat krusial untuk kemajuan riset di Indonesia secara keseluruhan.

Namun, upaya ini sering kali terkendala oleh birokrasi dan anggaran. Satryo berharap Presiden Prabowo Subianto dapat memberikan diskresi khusus untuk menyokong riset dasar.

"Mengenai riset dasar ini, perintah pada Menteri Keuangan, sediakan dana untuk riset dasar, sekian. Nggak cuma jumlah uangnya, tapi juga mekanismenya," tegasnya. 

Satryo juga menekankan perlunya sistem yang mendukung riset di Indonesia agar hasil yang diinginkan dapat tercapai dalam jangka panjang.

Baca Juga : Prabowo Resmi Tunjuk Muhammad Qodari Jadi Wakil Kepala Staf Kepresidenan