Puluhan Roket dari Rusia Digunakan Iran Hizbullah untuk Memborbardir Markas Militer Israel
Serangan Hizbullah menggunakan roket buatan Rusia menghantam markas militer Israel di Giaton, sebagai balasan atas serangan Israel di Lebanon.
BaperaNews - Dalam beberapa hari terakhir, konflik di Timur Tengah kembali memanas dengan intensitas yang cukup tinggi. Kali ini, kelompok perlawanan Hizbullah Lebanon mengklaim telah melancarkan serangan yang cukup signifikan terhadap posisi militer Israel di wilayah utara yang diduduki.
Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas serangan Israel di Lebanon selatan, tepatnya di kota Maaroub.
Pada Senin, (12/8), Iran Hizbullah melancarkan serangkaian serangan menggunakan roket Katyusha yang dikenal berasal dari Rusia. Serangan ini ditujukan pada markas besar Divisi ke-146 yang baru didirikan oleh Israel di Giaton.
Dalam sebuah pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Hizbullah, mereka menyatakan bahwa serangan ini dilakukan sebagai respon langsung atas agresi Israel di Lebanon dan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza yang saat ini sedang menghadapi situasi perang.
"Para pejuang Perlawanan Islam pada Senin, 12-08-2024, membombardir markas komando Divisi ke-146 yang baru didirikan di Jaatoun (Giaton) dengan rentetan roket Katyusha," bunyi dari pernyataan tersebut.
Serangan ini juga diklaim sebagai bagian dari operasi yang lebih luas yang bertujuan untuk memberikan tekanan pada Israel yang saat ini tengah melancarkan serangan militer di Gaza.
Menariknya, serangan roket dari Hizbullah ini berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome. Menurut media rezim Israel, sebagian besar rudal yang diluncurkan oleh Hizbullah tidak dapat dicegat oleh sistem Iron Dome, yang biasanya sangat efektif dalam mencegat serangan roket.
Baca Juga: 100 Orang Tewas Diserang Israel saat Warga Gaza Sedang Salat Subuh
Akibatnya, serangan ini menyebabkan kebakaran besar di bagian barat Galilea, wilayah yang terletak di utara daerah pendudukan Israel.
Ketidakmampuan Iron Dome dalam menghadapi serangan ini tentu menjadi perhatian serius bagi markas militer Israel, mengingat Iron Dome selama ini dianggap sebagai salah satu benteng pertahanan udara paling canggih di dunia.
Sejak 7 Oktober 2024, Israel telah secara rutin melakukan serangan udara terhadap wilayah selatan Lebanon. Serangan ini disebut-sebut sebagai bagian dari kampanye militer yang lebih besar yang dilakukan Israel di Gaza, yang banyak disebut sebagai tindakan genosida oleh berbagai pihak internasional.
Sebagai balasan, Hizbullah meningkatkan intensitas serangan mereka terhadap posisi-posisi militer Israel, dengan tujuan membalas serangan tersebut dan memberikan dukungan kepada warga Gaza yang terjebak dalam konflik.
Situasi ini mengingatkan pada konflik sebelumnya antara Israel dan Lebanon, seperti pada tahun 2000 dan 2006, di mana Israel melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap Lebanon.
Dalam konflik-konflik sebelumnya, Hizbullah juga berperan sebagai kelompok perlawanan utama yang berusaha mempertahankan tanah Lebanon dari agresi Israel.
Baca Juga: Para Pelayat Berebut Pegang Peti Pemimpin Hizbullah yang Dibunuh Israel