Iran Bantah Rencana Pembunuhan Presiden Terpilih AS Donald Trump

Iran bantah tuduhan AS soal rencana pembunuhan Donald Trump. Menteri Luar Negeri Iran sebut tuduhan ini sebagai skenario buatan tanpa dasar.

Iran Bantah Rencana Pembunuhan Presiden Terpilih AS Donald Trump
Iran Bantah Rencana Pembunuhan Presiden Terpilih AS Donald Trump. Gambar : PA News Agency

BaperaNews - Iran membantah keras tuduhan yang diajukan oleh Amerika Serikat terkait dugaan rencana pembunuhan Presiden terpilih AS, Donald Trump

Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, yang menyebut tuduhan tersebut sebagai "skenario yang dibuat-buat" dan menyayangkan tindakan AS dalam memproduksi cerita yang dianggapnya "komedi kelas tiga."

Menurut laporan dari Reuters, Araghchi membahas dugaan yang beredar bahwa Garda Revolusi Iran merencanakan pembunuhan Donald Trump setelah ia memenangkan pemilihan presiden AS pada hari Selasa dan akan dilantik pada bulan Januari mendatang. 

Araghchi menegaskan bahwa Iran menghormati pilihan rakyat Amerika Serikat dan menginginkan adanya hubungan yang lebih baik dengan negara tersebut.

“Rakyat Amerika telah membuat keputusan mereka. Iran menghormati hak mereka untuk memilih Presiden pilihan mereka. Jalan ke depan juga merupakan sebuah pilihan, yang dimulai dengan rasa hormat,” ujar Araghchi dalam sebuah pernyataan di platform X, media sosial yang digunakan untuk menyampaikan tanggapan resmi.

Dalam pernyataannya, Araghchi juga menekankan bahwa Iran sama sekali tidak memiliki niat untuk mengembangkan senjata nuklir, sebuah topik yang sering kali menjadi perhatian dan sumber ketegangan antara Teheran dan Washington.

Ia mengungkapkan bahwa kebijakan Iran untuk tidak mengejar senjata nuklir bukan sekadar diplomasi, melainkan berdasar pada prinsip-prinsip ajaran Islam dan pertimbangan keamanan nasional.

“Iran TIDAK mengejar senjata nuklir, titik. Ini adalah kebijakan yang didasarkan pada ajaran Islam dan perhitungan keamanan kami. Membangun kepercayaan adalah langkah yang harus dilakukan kedua belah pihak. Ini bukan jalan satu arah,” lanjutnya.

Baca Juga : Pria Iran Didakwa Atas Dugaan Rencana Pembunuhan Donald Trump

Pernyataan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Iran ingin menghindari konflik militer dan memilih jalan dialog serta kepercayaan timbal balik dalam menyelesaikan ketegangan dengan AS.

Menurut Araghchi, upaya diplomasi yang menghormati kedaulatan negara-negara lain adalah langkah yang paling tepat untuk menciptakan stabilitas di kawasan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menambahkan bahwa tuduhan terhadap Teheran yang dilayangkan oleh pihak AS merupakan rencana "menjijikkan" yang dirancang oleh pihak-pihak tertentu, termasuk Israel dan kelompok oposisi Iran di luar negeri.

Baghaei menganggap tuduhan ini sebagai langkah yang sengaja dibuat untuk mempersulit hubungan antara AS dan Iran yang bisa jadi membaik di bawah kepemimpinan Trump.

Klaim bahwa Israel dan oposisi Iran di luar negeri terlibat dalam skenario ini diduga muncul dari upaya kedua pihak untuk mendorong ketegangan yang lebih besar di kawasan Timur Tengah.

Iran telah lama berselisih dengan Israel, yang selama ini dianggap sebagai musuh bebuyutan dan sekutu AS yang kuat di kawasan.

Analis politik Iran melihat potensi adanya perubahan dalam hubungan Teheran dan Washington di bawah pemerintahan Trump, meski kemungkinan besar masih tanpa pemulihan hubungan diplomatik penuh.

Saeed Laylaz, seorang analis politik berbasis di Teheran, mengatakan bahwa Iran cenderung akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya. Dia menyebutkan bahwa ada peluang terbukanya komunikasi rahasia antara kedua negara.

"Iran akan bertindak berdasarkan kepentingannya sendiri. Ada kemungkinan pembicaraan rahasia antara Teheran dan Washington akan terjadi. Jika ancaman keamanan terhadap Republik Islam dihilangkan, apa pun mungkin terjadi," kata Laylaz.

Baca Juga : Pria Bersenjata Ditangkap di Kampanye Donald Trump, Diduga Upaya Pembunuhan