Alami Kerugian, Tupperware Ajukan Permohonan Bangkrut
Tupperware menghadapi krisis finansial serius dan telah mengajukan kebangkrutan.
BaperaNews - Produsen wadah penyimpanan makanan asal Amerika Serikat, Tupperware, terancam bangkrut dan telah mengajukan permohonan kebangkrutan di pengadilan.
Beberapa anak perusahaannya di AS sudah memulai proses pengajuan pailit karena mengalami kerugian finansial yang terus membengkak. Hal ini diumumkan pada Rabu (18/9) oleh Presiden dan CEO Tupperware Brands Corporation, Laurie Ann Goldman.
Laurie menyatakan bahwa perusahaan akan meminta izin pengadilan untuk memulai proses penjualan bisnisnya.
Selama proses kebangkrutan berlangsung, perusahaan berencana untuk tetap melanjutkan operasi dan terus melayani pelanggan dengan produk-produk yang mereka kenal dan percayai.
Masalah keuangan di Tupperware bukanlah hal baru. Pada tahun lalu, perusahaan sudah memberikan peringatan kepada publik bahwa kebangkrutan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan bisnis mereka.
Salah satu penyebab utamanya adalah ketidakmampuan Tupperware untuk mendapatkan pendanaan baru dengan cepat, yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan finansial mereka.
Tupperware juga sudah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan bisnisnya. Salah satu langkah yang diambil adalah menargetkan penjualan ke segmen pelanggan yang lebih muda. Meski demikian, langkah ini belum mampu membawa perubahan signifikan pada kondisi keuangan perusahaan.
Baca Juga: Sejarah Berdirinya Tupperware yang Kini Terancam Bangkrut
Laurie Ann Goldman menyatakan bahwa mereka akan terus berusaha melayani pelanggan mereka dengan produk-produk berkualitas selama proses pengajuan kebangkrutan berlangsung.
“Kami berencana untuk terus melayani para pelanggan kami yang berharga dengan produk-produk berkualitas tinggi yang mereka sukai dan percayai selama proses ini,” ujar Laurie.
Tupperware menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan nilai sahamnya.
Laporan mengenai rencana pengajuan kebangkrutan menyebabkan harga saham Tupperware jatuh lebih dari 50% hanya dalam satu minggu. Kondisi ini semakin memperburuk situasi perusahaan yang sudah lama mengalami penurunan penjualan.
Sebelumnya, Tupperware sempat merasakan sedikit lonjakan penjualan selama pandemi COVID-19, ketika lebih banyak orang memasak di rumah.
Namun, kondisi ini hanya bersifat sementara dan tidak cukup untuk memulihkan kesehatan finansial perusahaan. Setelah pandemi mereda, penurunan permintaan kembali terjadi, dan perusahaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan cepat.
Selain itu, kenaikan biaya bahan baku, upah, dan biaya transportasi juga turut memperparah situasi. Margin keuntungan perusahaan terus tergerus, membuat situasi keuangan Tupperware semakin sulit.
Baca Juga: Anak ini Bersihkan Dapur dan Buang Tupperware Usang Saat Orang Tua Umrah