Viral Asi Bubuk, Pakar: Payudara Ibu Jangan Pernah Dilecehkan Jadi Industri

Pakar menegaskan pentingnya menghargai peran alami payudara ibu usai asi berubah menjadi bubuk layaknya susu formula. Simak Selengkapnya!

Viral Asi Bubuk, Pakar: Payudara Ibu Jangan Pernah Dilecehkan Jadi Industri
Viral Asi Bubuk, Pakar: Payudara Ibu Jangan Pernah Dilecehkan Jadi Industri. Gambar : Kolase Tangkapan Layar Tiktok/@natasha.surya

BaperaNews - Topik mengenai ASI bubuk menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah beberapa influencer berbagi pengalaman mereka dalam menggunakan jasa perusahaan untuk mengubah ASI menjadi bubuk layaknya susu formula. 

Hal ini memunculkan berbagai pro dan kontra, dengan beberapa pakar menegaskan pentingnya menghargai peran alami payudara ibu dan tidak menjadikannya sebagai industri.

Seorang influencer TikTok dengan nama akun @natasha.surya membagikan pengalamannya dalam membubukan ASI melalui video di platform tersebut. Ia menjelaskan bahwa ASI pertamanya dijadikan bubuk oleh sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembubukan ASI. 

Natasha menjelaskan bahwa proses ini memerlukan pengiriman ASI dalam kondisi beku ke perusahaan menggunakan kotak pendingin, dan setelah beberapa minggu, ASI dikirim kembali kepadanya dalam bentuk bubuk.

Natasha menyebutkan bahwa ASI bubuk ini memiliki beberapa keunggulan, seperti kemampuannya untuk bertahan hingga tiga tahun dan kandungan antibodi yang tetap terjaga.

Namun, kontroversi muncul ketika dokter ahli gizi komunitas, Tan Shot Yen, menegaskan bahwa ASI bukan sekadar susu biasa, melainkan cairan hidup yang mengandung komponen hidup yang akan mati dan tidak berguna jika dijadikan produk.

"Dokter lebih pro ASI-nya dibuang ya kalau berlebih? Kan cuma tahan berapa bulan walau di freezer. Di luar negeri kan ini udah umum banget. Kalau ngomongin bonding, berarti yang nyusuin pake botol nggak bonding gitu?" kata seorang warganet dalam komentarnya.

Terkait hal ini, Tan Shot Yen menegaskan bahwa menyusui tidak hanya sekadar memberi makan, melainkan juga menciptakan ikatan antara ibu dan anak. 

Tan Shot Yen menekankan pentingnya untuk tidak menjadikan payudara ibu sebagai objek industri ASI.

Baca Juga : IDAI Sebut Junk Food Dapat Hambat Perbaikan Gizi Anak

Lebih lanjut, ASI bubuk ini menuai kekhawatiran dari praktisi kesehatan. Neela Sethi, seorang dokter anak dan konsultan laktasi, menyatakan bahwa ASI bubuk belum banyak diteliti, dan keamanannya masih dipertanyakan. 

Neela Sethi menambahkan bahwa belum ada penelitian yang memadai mengenai nutrisi ASI bubuk, serta kekhawatirannya akan kontaminasi dan proses pengeringan-beku yang tidak menghilangkan bakteri dan virus dalam ASI.

"Sampai usia 6 bulan bayi minum ASI secara eksklusif. ASI, lanjut dia, adalah 100 persen nutrisi bayi dan tentu saja para ahli menganjurkan bayi mendapat nutrisi lengkap dari makanannya," imbuhnya.

ASI bubuk memang menarik perhatian banyak orang tua karena umur simpannya yang lebih lama dan kemudahannya dalam penggunaan. 

Namun, kekhawatiran akan keamanan dan kebutuhan akan penelitian yang lebih mendalam menjadi hal yang harus diperhatikan.

Penting bagi masyarakat untuk tetap menghargai peran alami payudara ibu sebagai sumber ASI yang tidak hanya memberikan nutrisi, tetapi juga menciptakan ikatan emosional antara ibu dan anak. 

Dengan demikian, perdebatan mengenai ASI bubuk haruslah diimbangi dengan penelitian yang mendalam dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan terkait penggunaannya.

Baca Juga : Salah Satu Faktor Tidak Stunting Walau Kurang Gizi