Ranny Fahd A Rafiq: Saya Berada di DPR Untuk Selamatkan Banyak Nyawa Masyarakat Indonesia, Ini Pointnya!

Anggota DPR RI, Ranny Fahd A Rafiq menyampaikan bahwa dirinya saat ini berada di DPR untuk menyelamatkan banyak nyawa masyarakat Indonesia.

Ranny Fahd A Rafiq: Saya Berada di DPR Untuk Selamatkan Banyak Nyawa Masyarakat Indonesia, Ini Pointnya!
Ranny Fahd A Rafiq: Saya Berada di DPR Untuk Selamatkan Banyak Nyawa Masyarakat Indonesia, Ini Pointnya! Gambar : Istimewa

BaperaNews - Indonesia saat ini tengah menghadapi krisis kesehatan dengan tingkat aktivitas fisik masyarakat yang tergolong rendah. Berdasarkan data terbaru, hanya 32,1% masyarakat Indonesia yang aktif bergerak, menjadikannya tingkat aktivitas fisik terendah di Asia Tenggara. Hal ini diungkapkan oleh anggota Komisi IX DPR, Ranny Fahd A. Rafiq, di Kompleks Parlemen DPR RI, Jakarta.

"Harta paling berharga manusia adalah kesehatan, percuma juga jika kita banyak uang tapi kita bermasalah dengan kesehatan. Dalam kajian agama apapun Kesehatan itu harta manusia yang paling berharga. Maka dari itu saya akan bersuara untuk menyelamatkan masyarakat Indonesia bahkan suara ini menggema hingga langit ke tujuh," ungkap Ranny Fahd A Rafiq

Menurut Ranny, sebagai perwakilan rakyat, DPR bertugas menyuarakan aspirasi masyarakat, termasuk dalam hal kesehatan. "Suara rakyat adalah suara Tuhan. Kita tak mungkin mencapai Indonesia Raya jika jiwa dan raga masyarakat tidak sehat," ujarnya.

Ranny menekankan bahwa negara bertanggung jawab melindungi rakyat dari segala ancaman, termasuk ancaman kesehatan yang tidak kasat mata. "Jika dibiarkan, ini sama saja dengan mengabaikan hak kesehatan masyarakat," tuturnya. Meski banyak rumah sakit menyediakan nasihat untuk hidup sehat, Ranny mengungkapkan bahwa pesan kesehatan tersebut sering kali hanya dianggap sepele oleh pasien.

Baca Juga : Ranny Fahd A Rafiq Dukung Kemenkes dalam Bangun Sistem Kesehatan yang Lebih Tangguh dan Terintegrasi

Ranny menyarankan beberapa solusi agar masyarakat lebih aktif bergerak, salah satunya dengan mengadakan program olahraga wajib di setiap RT. "Program ini bisa berupa kewajiban olahraga untuk membakar kalori tertentu atau berjalan setiap hari, khususnya bagi yang malas bergerak," katanya. Menurut Ranny, upaya keras diperlukan agar masyarakat sadar pentingnya aktivitas fisik, termasuk dengan sosialisasi yang lebih tegas.

Selain itu, Ranny juga mengusulkan agar TNI turut berperan dalam mendorong masyarakat berolahraga. "Jika dilaksanakan di setiap RT, masyarakat akan lebih sehat. Bila tidak mau, ya dipaksa demi menyelamatkan nyawa banyak orang," ujarnya. Meski mengakui akan ada kendala di lapangan, Ranny optimistis pemerintah mendukung program ini.

Indonesia saat ini menghadapi ancaman triple burden disease yang berdampak signifikan terhadap generasi muda. Menurut Ranny, penyakit yang muncul akibat gaya hidup tidak sehat ini bisa membebani keuangan negara dalam 10–20 tahun ke depan, terutama jika pengeluaran terus meningkat untuk biaya pengobatan.

Ranny juga menyoroti inflasi biaya kesehatan di Indonesia yang meningkat 13,6%, jauh di atas rata-rata global yang berkisar di angka 10%. Banyak pihak mengaitkan hal ini dengan dampak pandemi COVID-19 dan perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin konsumtif dan kurang aktif.

Menurut Ranny, PSBB yang diberlakukan saat pandemi menyebabkan penurunan tingkat aktivitas fisik masyarakat, terutama generasi muda. Data menunjukkan, hanya 32,1% orang Indonesia yang melakukan aktivitas fisik secara rutin, jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (41%), Singapura (47%), dan Vietnam (52%).

WHO mencatat kurangnya aktivitas fisik sebagai penyebab kematian nomor empat di dunia. "Orang yang kurang aktif berisiko lebih tinggi terkena penyakit seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan kolesterol tinggi. Karena itu, pemerintah wajib mengampanyekan gaya hidup aktif secara masif," jelas Ranny.

Ranny juga menyoroti konsumsi gula yang berlebihan di masyarakat Indonesia. WHO merekomendasikan konsumsi gula sebanyak 25 gram per hari, sedangkan rata-rata konsumsi gula masyarakat Indonesia mencapai 160 gram per hari. Hal ini dianggap menjadi penyebab tingginya kasus diabetes dan penyakit kronis lainnya.

Ranny menekankan perlunya peringatan serius dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama generasi Y dan Z, tentang pentingnya gaya hidup aktif dan sehat. "Jika pemerintah tidak bertindak, maka ini akan menjadi pembiaran terhadap ancaman kesehatan bagi masyarakat Indonesia ke depannya," tutup Ranny.

Penulis: ASW