Kim Jong Un dan Rusia Tingkatkan Kerja Sama Militer di Tengah Ketegangan Global
Kim Jong Un dan Menteri Pertahanan Rusia, Andrei Belousov, sepakat pererat kerja sama militer. Kedua negara dukung satu sama lain di tengah ketegangan global.
BaperaNews - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, bertemu dengan Menteri Pertahanan Rusia, Andrei Belousov, pada Jumat (29/11).
Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk mempererat kerja sama militer di tengah meningkatnya ketegangan global. Informasi tersebut disampaikan oleh media pemerintah Korea Utara, KCNA, pada Sabtu (30/11).
Dalam pertemuan tersebut, Kim Jong Un dan Andrei Belousov membahas isu-isu keamanan dan mengecam langkah negara-negara Barat yang mereka anggap sebagai intervensi dalam konflik Rusia-Ukraina.
Kim menegaskan dukungannya terhadap tindakan Rusia dalam konflik tersebut, dengan menyatakan bahwa Rusia memiliki hak untuk membela diri.
“Merupakan hak membela diri bagi Rusia untuk mengambil tindakan tegas dan membuat pasukan musuh membayar harganya,” ujar Kim sebagaimana dilaporkan AFP.
Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari perjanjian strategis yang sebelumnya ditandatangani oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Kim Jong Un pada Juni lalu.
Perjanjian itu mencakup komitmen untuk memberikan dukungan militer secara langsung jika salah satu pihak menghadapi serangan, serta bersama-sama menentang sanksi yang diberlakukan oleh Barat.
Menurut KCNA, kunjungan Belousov ke Pyongyang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kedua negara melalui kolaborasi yang lebih erat antara angkatan bersenjata Korea Utara dan Rusia.
Media tersebut juga menekankan bahwa kerja sama ini akan bermanfaat bagi kepentingan bersama kedua pihak.
“Keduanya juga mempromosikan kerja sama yang bersahabat dan saling menguntungkan serta pengembangan hubungan antara kedua angkatan bersenjata,” demikian laporan KCNA.
Dalam pernyataannya, Belousov menyampaikan apresiasi terhadap hubungan bilateral yang semakin kuat. Ia juga memuji kebijakan luar negeri Korea Utara yang disebutnya sebagai “benar-benar independen.”
Baca Juga : AS Sebut Pasukan Korea Utara Telah Bergabung dengan Rusia untuk Serang Ukraina
Para analis menilai bahwa langkah Korea Utara mengirim lebih dari 10.000 tentara untuk mendukung Rusia dalam konflik Ukraina menunjukkan niat Pyongyang untuk mempererat hubungan strategis dengan Moskwa.
Langkah ini juga memberikan Korea Utara peluang untuk memperoleh teknologi militer canggih serta pengalaman tempur dari Rusia.
Hong Min, analis senior dari Institut Korea untuk Penyatuan Nasional, menyatakan bahwa kerja sama ini dapat memperkuat posisi ekonomi dan militer kedua negara.
“Sebagai kepala pertahanan Rusia, Belousov memiliki keahlian dalam merancang strategi jangka panjang untuk mengamankan senjata dan perlengkapan militer, menghindari sanksi, dan mendukung rekonstruksi pascaperang,” ujar Hong.
Selain itu, Rusia berpotensi menawarkan akses ke sumber daya alam seperti minyak dan gas, yang dapat menjadi nilai tambah bagi Korea Utara.
Baik Rusia maupun Korea Utara sama-sama berada di bawah sanksi internasional. Rusia dikenakan sanksi terkait konflik Ukraina, sedangkan Korea Utara dijatuhi sanksi atas program senjata nuklirnya.
Meski demikian, kedua negara terus memperkuat hubungan militer sejak invasi Moskwa ke Ukraina pada Februari 2022.
Kerja sama ini mencerminkan upaya kedua negara untuk mencari mitra strategis dalam menghadapi tekanan dari komunitas internasional.
Pyongyang tampaknya juga ingin memanfaatkan situasi ini untuk menyeimbangkan hubungan dengan sekutu tradisionalnya, termasuk China, sambil memperkuat aliansi bersama Rusia.
Kesepakatan antara Kim Jong Un dan Menhan Rusia ini diharapkan dapat memperkokoh hubungan militer kedua negara di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks.
Baca Juga : Seorang Relawan Taiwan Tewas di Medan Perang Ukraina Melawan Rusia