Riset: Pelajar SMP-SMK di Indonesia Habiskan Rp200 Ribu per Minggu untuk Rokok
Sebuah riset menunjukkan bahwa pelajar SMP, SMA/SMK di Indonesia menghabiskan uang sekitar Rp30.000 hingga Rp200.000 per minggu hanya untuk rokok.
BaperaNews - Sebuah riset yang dilakukan oleh Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) mengungkapkan bahwa remaja di Indonesia, terutama pelajar SMP-SMK, dapat menghabiskan uang sekitar Rp30.000 hingga Rp200.000 per minggu hanya untuk rokok.
Dalam keterangan tertulis yang dirilis pada Selasa (12/12), riset tersebut berjudul "Hubungan Pembelian rokok eceran dengan Frekuensi, Intensitas, dan Inisiasi Merokok di Kalangan Remaja; Sebuah Studi Metode Campuran di Indonesia."
Temuan kualitatif menyoroti kecenderungan siswa mengalokasikan sebagian besar uang saku mereka untuk membeli rokok eceran, yang harganya berkisar antara Rp30.000 hingga Rp200.000 dalam seminggu.
Keberadaan pedagang informal yang menjual rokok eceran dengan harga murah menjadi tantangan serius dalam upaya mengurangi konsumsi tembakau di kalangan remaja Indonesia.
Temuan kuantitatif menunjukkan bahwa pembelian rokok eceran dalam 30 hari terakhir berkorelasi signifikan dengan pola konsumsi lima batang rokok atau kurang per hari serta tingkat ketergantungan nikotin yang lebih rendah.
Baca Juga : Siswa Aniaya Guru Usai Ditegor karena Merokok
Riset ini juga menggambarkan pola merokok pada remaja Indonesia, di mana pengguna rokok eceran cenderung berada dalam fase eksperimen.
Menurut lima tahap kecanduan nikotin, temuan kualitatif menunjukkan bahwa tujuh dari 10 siswa membeli rokok eceran saat mencoba merokok untuk pertama kalinya, dengan menghabiskan setidaknya separuh uang saku mingguan mereka.
Menariknya, besaran pengeluaran ini yang berkisar antara Rp30.000 hingga Rp200.000 diakui setara dengan separuh dari pengeluaran per kapita mingguan rata-rata penduduk Indonesia pada Maret 2023.
Kementerian Kesehatan mencatat bahwa merokok menjadi akar dari berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, paru-paru kronis, stroke, kanker, dan lainnya. Prevalensi remaja perokok aktif di Indonesia mencapai 18,8 persen (GYTS 2019) dan meningkat menjadi 22,04 persen (BPS, 2022).
Tidak hanya merugikan perokok aktif, risiko penyakit akibat rokok juga mencakup perokok pasif atau second-hand smoke. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019 melaporkan bahwa terdapat 57,8 persen remaja yang terpapar asap rokok di rumah, dan 67,2 persen remaja terpapar asap rokok di tempat umum yang terbuka.
Baca Juga : Pria Ini Alami Efusi Pleura Gegara Rokok