Pemimpin Gereja Inggris Mundur Usai Terlibat Kasus Pelecehan Seksual
Uskup Canterbury, Justin Welby mengundurkan diri dari jabatannya setelah terlibat kasus skandal pelecehan seksual di Gereja Inggris. Keputusan ini diambil untuk tanggung jawab atas kasus pelecehan oleh John Smyth.
BaperaNews - Uskup Canterbury, Justin Welby, mengundurkan diri dari jabatannya pada Selasa (12/11) menyusul skandal pelecehan seksual di kamp musim panas Kristen di Inggris beberapa dekade lalu.
Justin Welby, yang merupakan pemimpin tertinggi Gereja Inggris dan spiritual umat Anglikan di seluruh dunia, menyatakan pengunduran diri ini sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kasus pelecehan yang disebutnya sebagai tindakan yang sangat keji.
Dalam surat pengunduran dirinya, Justin Welby mengakui bahwa ia merasa sangat malu atas kegagalan dalam melindungi integritas Gereja Inggris.
"Beberapa hari terakhir saya memperbaharui rasa malu yang panjang dan mendalam karena gagal melindungi Gereja Inggris yang bersejarah," ucapnya seperti dikutip oleh Reuters.
Ia juga menyatakan keprihatinannya terhadap para korban dan penyintas pelecehan tersebut, menambahkan bahwa ia mengundurkan diri dengan kesedihan yang mendalam.
Keputusan Justin Welby mundur dipicu oleh tekanan yang semakin kuat setelah munculnya laporan publik yang dirilis pekan lalu. Laporan itu mengkritik Justin Welby karena tidak mengambil langkah yang cukup untuk mencegah serangkaian pelecehan seksual di lingkungan gereja.
Kasus yang menjadi sorotan utama dalam laporan tersebut adalah yang melibatkan John Smyth, seorang pengacara Inggris dan pengelola kamp Kristen di Dorset pada dekade 1970-an.
John Smyth diduga melakukan pelecehan seksual dan fisik terhadap lebih dari 100 anak laki-laki dan remaja pria selama sekitar 40 tahun.
Baca Juga : Akibat Kasus Pelecehan, Paus Fransiskus Pecat Uskup dan 9 Imam Gereja di Peru
Berdasarkan laporan independen yang dikenal sebagai Makin Report, Smyth dituduh melakukan pemukulan terhadap para korban hingga mencapai 800 cambukan, serta memakaikan popok pada korban untuk menutupi luka yang diderita akibat kekerasan.
Selain itu, Smyth juga diduga sering mencium punggung dan leher para korbannya. Tindakan keji tersebut berlangsung hingga Smyth pindah ke Afrika pada 1984, dan ia dilaporkan terus melakukan pelecehan hingga menjelang kematiannya pada 2018.
Justin Welby, yang diketahui pernah bekerja di kamp yang dikelola oleh Smyth sebelum ia menjadi imam gereja, mengaku bahwa ia tidak menyadari adanya pelecehan tersebut hingga 2013. Pada saat itu, ia sudah menjabat sebagai Uskup Canterbury.
Gereja Inggris pertama kali mengetahui kasus pelecehan yang melibatkan Smyth pada 2013, namun laporan independen menyatakan bahwa Justin Welby tidak berhasil memastikan adanya investigasi yang tepat untuk mengungkap kasus tersebut. Ia pun dituduh gagal menjalankan tanggung jawab pribadi dan moral dalam menangani situasi tersebut.
Pengunduran diri Justin Welby datang di tengah-tengah meningkatnya kritik terhadap kepemimpinannya dalam menangani isu-isu pelecehan seksual di Gereja Inggris.
Kasus yang melibatkan Smyth telah mencoreng citra Gereja Inggris sebagai lembaga keagamaan yang seharusnya melindungi jemaatnya.
Keputusan Justin Welby untuk mundur dipandang oleh sebagian kalangan sebagai langkah yang diperlukan untuk memulihkan kepercayaan terhadap gereja.
Baca Juga : Jemaat Gereja Tesalonika Dibubarkan, hingga Diolok-olok Warga di Tangerang