Kisah Nenek Hasna dan 13 Anggota Keluarga Bertahan Hidup di Rumah 2x3 Meter

Nenek Hasna dan 12 anggota keluarga bertahan hidup di rumah 2x3 meter di Johar Baru, Jakarta Pusat, menghadapi keterbatasan ruang dan kondisi tak layak huni

Kisah Nenek Hasna dan 13 Anggota Keluarga Bertahan Hidup di Rumah 2x3 Meter
Kisah Nenek Hasna dan 13 Anggota Keluarga Bertahan Hidup di Rumah 2x3 Meter. Gambar : Kolase Tangkapan Layar Youtube/insertlive

BaperaNews - Di tengah kepadatan Jakarta Pusat, tepatnya di RT 8 RW 12, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, terdapat pemukiman padat dengan rumah-rumah berhimpitan dan gang-gang sempit.

Di sinilah Nenek Hasna, seorang wanita berusia 62 tahun, tinggal bersama 12 anggota keluarganya dalam rumah sederhana berukuran 2x3 meter. Kondisi ini menggambarkan kehidupan di pemukiman padat dan rumah tak layak huni di Jakarta Pusat.

Selama 20 tahun, Nenek Hasna telah tinggal di rumah berukuran 2x3 meter ini. Rumah dua lantai tersebut menjadi tempat tinggal tiga generasi, termasuk anak-anak, cucu, dan cicitnya.

Ruang yang sempit membuat keluarga ini harus berdesakan, bahkan saat tidur malam. Menurut Nenek Hasna, keterbatasan ruang membuat mereka sering tidur dalam posisi duduk atau meringkuk.

"Tidur ya begitu aja, meni meringkel," ungkap Nenek Hasna. "Sempit. Tidur aja menekuk kaki."

Kondisi ekonomi menjadi alasan utama mengapa seluruh keluarga tinggal bersamanya, karena mereka tidak mampu menyewa tempat lain.

"Nggak ada yang bisa ngontrak. Jadi tinggal sama saya semua, sama nenek," katanya.

Rumah Nenek Hasna terlihat sederhana, dengan tembok depan berlapis keramik biru kecil, satu pintu, dan jendela besar. Begitu masuk, ruang pertama langsung berfungsi sebagai ruang keluarga sekaligus area tidur.

Kamar mandi semi terbuka berbagi ruangan dengan ruang keluarga, menjadikan suasana rumah semakin sesak dengan barang-barang dan perabotan.

Lantai rumah yang berubin putih sudah banyak yang pecah dan lepas, terutama di sudut-sudut ruangan.

Dinding biru muda rumah ini pun menunjukkan kerusakan serius, seperti retakan, jamur, dan cat yang mengelupas hingga terlihat lapisan cat hijau tua di bawahnya. 

Baca Juga : Viral Aksi Pria Masuk Rumah Sambil Buka Celana di Malang, Ternyata ODGJ!

Kondisi ini mencerminkan situasi rumah tak layak huni yang kerap dijumpai di pemukiman padat kota besar seperti Jakarta.

"Di dalam (rumah hanya ada) satu ruangan. Dua lantai," ujar Nenek Hasna, menegaskan keterbatasan ruang yang dialaminya bersama tiga generasi.

Kondisi sempit seperti yang dialami Nenek Hasna bukanlah kasus tunggal. Ketua RW 012, Imron Buchori, menjelaskan bahwa banyak warga di wilayahnya menghadapi situasi serupa.

Sebagian dari mereka bahkan terpaksa tidur di luar rumah atau di halaman Balai Warga pada malam hari.

"Ada (warga tidur) di tempat di Balai Warga ini. Saya ini selaku RW, (warga) memanfaatkan silakan asal nggak dipergunakan narkoba, kriminal, yaudah di sini aja lah mereka buat istirahat," ujar Imron Buchori.

Penggunaan Balai Warga menjadi alternatif bagi sebagian warga yang tinggal di rumah padat penghuni di kawasan Tanah Tinggi. Keterbatasan ruang di rumah membuat area luar menjadi solusi sementara bagi mereka.

Fenomena pemukiman padat di Jakarta Pusat, khususnya di kawasan Johar Baru, menggambarkan tantangan besar yang dihadapi warga dengan keterbatasan ekonomi.

Rumah kecil yang penuh sesak penghuni, seperti milik Nenek Hasna, menjadi gambaran nyata permasalahan perumahan yang dialami banyak penduduk di wilayah ini.

Dengan ruangan yang sangat terbatas dan kondisi bangunan yang memprihatinkan, mereka harus berjuang menjalani kehidupan sehari-hari.

Keterbatasan ruang, minimnya fasilitas, dan kondisi bangunan yang tak layak memerlukan perhatian lebih lanjut dari pemerintah daerah dan pihak terkait untuk meningkatkan kualitas hidup warga di pemukiman padat seperti Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.

Baca Juga : Rumah Gratis di Lahan Hibah Maruarar Sirait Resmi Dibangun