Generasi Muda Kecanduan Pay Later Hingga Sulit Punya Rumah
Generasi muda kelahiran 1981 - 1994 terancam tidak mampu beli rumah karena adanya gaya hidup kecanduan memakai pay later.
BaperaNews - Prita Hapsari, dosen Akuntansi, Ekonomi, dan Bisnis yang mengajar di Universitas Indonesia (UI) mengungkap fakta bahwa lima tahun ke depan, generasi muda kelahiran 1981 - 1994 terancam tidak mampu beli rumah karena gaji yang dimiliki tidak seimbang dengan mahalnya harga rumah di pasaran.
Hal ini Prita Hapsari sampaikan berdasarkan riset yang dilakukan oleh Rumah123 dan Karir.com tahun 2017 lalu, menemukan fakta bahwa kenaikan gaji di luar masa promosi di tahun 2016 hanya 10%, sedangkan harga rumah terus melonjak naik minimal 20%.
Indonesia Property Watch (IPW) juga melaksanakan survey serupa yang hasilnya dirilis tahun 222, diungkap bahwa lebih dari 50% milenial saat ini yang berhasil punya rumah, ternyata bukan dari usahanya, namun dari dukungan orang tua.
39,05% milenial dibantu dalam hal uang muka atau membayar cicilannya, dan 12,38% milenial sepenuhnya dibantu oleh orang tua. Sisanya, tidak memiliki rumah. Hanya 40,95% yang bisa membeli rumah benar-benar dari hasil usahanya.
Baca Juga : Mulai 2024 Jakarta Bukan Lagi Ibu Kota Indonesia
Gaji dan Pay Later Sebab Milenial Tidak Punya Rumah
Tidak hanya soal gaji, penyebab lain ketidakmampuan generasi muda untuk punya rumah ialah karena adanya gaya hidup kecanduan pay later, membuat milenial tidak bisa menyiapkan kebutuhan masa depan dengan baik.
Generasi muda saat ini banyak yang suka pamer, tinggi gaya hidupnya hanya untuk terlihat mapan, padahal belum tentu kondisinya benar-benar mapan. Untuk mewujudkannya, mereka kemudian menggunakan pola hidup konsumtif, kecanduan pay later, hingga mencicil rumah atau Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).
Inovasi teknologi yang semakin luas di dunia keuangan semakin memperparah, saat ini hutang atau cicilan bisa dengan mudah dilakukan dengan pinjaman online atau fintech dan paylater yang memungkinkan pembeli bisa membayar transaksi barangnya di kemudian hari, dengan sekali bayar atau dengan mencicil.
Metode ini memang dibuat untuk masyarakat yang memiliki anggaran terbatas. Sayangnya, sistem pay later ini justru membuat masyarakat terjerumus, jadi terbiasa hutang dan mencicil, membuat mereka membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Bahkan sebagian juga memesan biaya liburan seperti tiket pesawat, hotel, dan makanan dengan pay later. Mereka berlibur meski tidak memiliki uang, akibatnya banyak anak muda yang terjerat hutang hingga puluhan juta karena tak mampu membayar. Sehingga, mereka susah untuk membeli kebutuhan utama seperti rumah.
Yuk kelola keuangan lebih baik, utamakan kebutuhan dan tabungan, hindari hutang atau cicilan. Semoga kita semua termasuk generasi muda yang pintar atur keuangan, terbebas dari kecanduan pay later dan bisa punya rumah sendiri untuk masa depan.
Baca Juga : Hadapi Krisis Baru, Generasi Kaum Rebahan Muncul Di China