Fahd A Rafiq Singgung Tenaga Listrik, KTT G20 Hingga Pendekar Politik

Fahd A Rafiq selaku Ketua Umum DPP Bapera meyinggung tenaga listrik, KTT G20 sampai pendekar politik.

Fahd A Rafiq Singgung Tenaga Listrik, KTT G20 Hingga Pendekar Politik
Fahd A Rafiq singgung tenaga listrik, KTT G20 sampai pendekar politik. Gambar : Unsplash.com/Dok. Andrey Metelev

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Energi listrik sampai hari ini menjadi kebutuhan pokok rakyat Indonesia. Listrik yang dikelola PLN dalam beberapa tahun ke depan akan berubah. Jika listrik yang dihasilkan perusahaan negara itu hari ini proses energinya paling banyak masih menggunakan batu bara, bagaimana 10 -20 tahun ke depan? Apakah masih sama?

Apa yang terjadi pada dunia untuk melakukan pembaharuan secara singkat seperti listrik yang biasa di supply PLN masyarakat tiba-tiba banyak yang membeli power bank untuk rumah tangga yang berefek lebih murah daripada bayar di PLN.

“Energi di Sumatera bisa mengendalikan Selat Malaka dan juga mengendalikan 3 negara yaitu Thailand, Malaysia, dan Singapura. Melalui kekuatan Lobi antar negara. Hari ini saya tegaskan tim lobi Indonesia untuk urusan politik luar negeri masih kurang dan jauh dari kata memuaskan” ujar Fahd A Rafiq.

Apabila hal tersebut bisa diwujudkan Pulau Sumatera bisa menyuplai listrik dengan tenaga Nuklir dengan harga murah. Malaysia dan Singapura untuk energinya listriknya masih impor begitu juga dengan sebagian Thailand yang masih Impor Batu Bara dari Indonesia. Kemudian Thorium dimaksimalkan di Pulau Bangka Belitung dan dikelola menjadi pembangkit Listrik Tenaga Nuklir bertenaga Thorium maka listrik yang dibangun diberikan untuk Sumatera. 

Singapura, Malaysia dan Thailand dijual murah 0,5 sen per/ kwh. Oleh sebab itu pelabuhan kuala tanjung wilayah Sumatera Utara dijadikannya alat tawar. “Alat tawar itu ialah muatan di port klang Malaysia dan Singapura harus memberikan Sea Port jatah ke pelabuhan Kuala Tanjung. Sehingga, untuk membuat Sumatera menjadi kekuatan Maritim Laut. Selat Malaka dikendalikan dan kekuatan alat tawar energi listrik di kawasan” ungkap Fahd A Rafiq.  

Fahd A Rafiq juga menyinggung soal dinamika politik dalam negeri yang  ramai diperbincangkan. Ia menuturkan, “Untuk menjadi pendekar politik, kita harus jadi pendengar yang baik. Saya tidak takut dengan orang yang punya ribuan jurus, saya paling takut dengan orang yang punya satu jurus tapi diulangi 1000 kali” tuturnya.

“Mendengar yang baik, mencatat yang baik dan bertindak cepat itu kuncinya. Jadi sekali lagi saya ulangi. Orang yang paling berbahaya adalah seorang pendengar yang baik, berpikir yang dalam dan pengamat yang tajam serta eksekutor pro rakyat yang cepat” tegas Fahd A Rafiq.

Baca Juga : Fahd A Rafiq : Mari Kita Kampanyekan Perdamaian Dunia

KTT G20 dan Langkah Selanjutnya  

Fahd A Rafiq kembali membahas KTT G20 Bali. Presiden Indonesia Joko Widodo dan Menteri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sukses sebagai tuan rumah. 

Keamanan KTT G20 Bali yang super ketat pada pelaksanaan agenda tersebut menyilaukan mata dunia, karena memiliki tingkat keamanan, pertahanan berlapis, dan seluruh kegiatan berjalan sesuai rencana. Bahkan penilaian Indonesia sebagai tuan rumah jauh di atas ekspektasi.  

Fahd A Rafiq mengusulkan pada pemerintah Indonesia untuk menjadi pemimpin untuk suara Negara berkembang. Indonesia harus menjawab tantangan yang akan datang, Indonesia juga harus membantu menjembatani kesenjangan di berbagai pihak.

Sebagai informasi, setelah Indonesia menjadi tuan rumah di KTT G20 2022, lalu digantikan dengan India yang akan menjadi tuan rumah KTT G20 pada September 2023 mendatang.

“Setelah KTT G20 Indonesia terus melakukan komunikasi yang intensif dan cekatan guna menyeimbangkan hubungan Indonesia dengan Rusia dan barat. Ketika telah memenangkan dukungan luar Negeri kita juga harus mengukuhkan Indonesia sebagai Pialang kekuatan Internasional” tutup Fahd A Rafiq.

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)