Fahd A Rafiq : Kita Harus Menantang Para Pemuda Untuk Kontribusi Dalam Persoalan Pangan
Fahd A Rafiq selaku Ketua Umum DPP Bapera menantang para pemuda Indonesia untuk kontribusi dalam persoalan pangan di Indonesia.
Ahmad Sofyan (Kontributor) - Kemunduran sebuah Negara terjadi ketika rakyat dan pemudanya sudah tidak peduli terhadap dunia pertanian Indonesia, ketika generasi milenial dan zilenial tidak lagi berminat pada pertanian (food). Maka dari itu, cepat atau lambat, masyarakat Indonesia bisa dikontrol oleh Negara lain, dan juga dapat menjadi bukti bahwa pangan masyarakat Indonesia lebih didominasi dan berasal dari Negara lain.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, Fahd A Rafiq selaku Ketua Umum DPP Bapera menantang para pemuda untuk dapat berkontribusi terhadap persoalan pangan.
“You control food you control people, you control oil you control country and you control gold you control the world (Kamu mengontrol makanan kamu akan mengontrol rakyat, jika kamu mengontrol minyak kamu akan kontrol negara dan jika kamu kontrol emas kamu akan kontrol dunia). Tapi hari ini saya akan berfokus pada persoalan pangan,” ucap Fahd A Rafiq di Jakarta, pada Jumat (18/11).
Menurut Fahd A Rafiq, pemuda saat ini harus bertukar perspektif mengenai pengetahuan, pengalaman dan ide bersama dalam memajukan pangan Indonesia. Generasi milenial dan bawahnya harus peduli dengan isu pangan yang terjadi di Indonesia bahkan membuat kekhawatiran banyak Negara di belahan dunia. Sebab, Indonesia memiliki SDA yang melimpah, sehingga membutuhkan peran para pemuda Indonesia untuk mencapai kemandirian dan ketahanan pangan.
“Kita ini memiliki SDA yang melimpah, jadi membutuhkan peran anak muda untuk mencapai kemandirian dan ketahanan pangan,” imbuh Fahd A Rafiq.
Perlu diketahui, pada era Presiden Soeharto saat itu sukses menjadikan Indonesia sebagai Negara agraris dan menjadi pengekspor terbesar di dunia. Namun setelah lima Presiden pasca reformasi, Nusantara menjadi negara pengimpor beras.
Sejak Indonesia keluar dari OPEC tahun 2004, Indonesia tidak lagi mumpuni, khususnya dalam bidang energi dan teknologi, namun Indonesia merupakan Negara penghasil pangan yang beragam.
Baca Juga : Fahd A Rafiq : Mari Kita Kampanyekan Perdamaian Dunia
Diketahui, Indonesia saat ini menjadi Negara pengimpor gandum dari Ukraina sebanyak 3,1 juta. Gandum tersebut digunakan untuk produksi Mie Instan dan berbagai makanan lainnya.
“Kita tahu Mie Instan sudah menjadi makanan ke-2 di Indonesia setelah nasi, yang kok impor. Kalau semua serba impor, kemaslahatan sebuah negara akan terancam karena kita ketergantungan pangan dengan Negara lain. Dan hari ini, kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja, Negara-Negara dunia sedang mengurusi urusan dalam negerinya masing-masing,” pungkas Fahd A Rafiq.
Oleh karena itu, Fahd A Rafiq mengajak para pemuda Indonesia untuk bisa menjadi pelopor, supaya Indonesia bisa mencapai kemandirian dan ketahanan pangan.
“Sekali lagi, kita bersama-sama harus menghimpun perspektif awal pemuda mengenai pangan Indonesia, karena masalah pertanian dan pangan adalah masalah multi perspektif yang harus diselesaikan secara bersama-sama,” jelas Fahd A Rafiq.
“Saya hari ini harus blak-blakan mengatakan soal pengetahuan, perubahan pola pikir yang mempengaruhi perilaku terkait pangan harus dimiliki oleh generasi milenial dan zilenial. Sebab, penghargaan terhadap profesi petani sangat rendah, sehingga minat generasi selanjutnya terhadap pertanian ikut rendah,” sambungnya.
Pangan harus menjadi suatu persoalan yang harus dipikirkan sebab menyangkut kesejahteraan hidup manusia. Saat ini Negara-Negara yang terkena dampak perang Rusia - Ukraina telah menahan pangan agar tidak diekspor. Hal tersebut disebabkan untuk mempersiapkan resiko apakah Indonesia akan terkena dampak resesi dunia atau tidak.
“Masalah pangan di republik yang tidak pernah lelah kita cintai ini, bukan hanya masalah teknis ketersediaan, tapi juga meliputi kesejahteraan sosial baik dalam produksi, konsumsi, dan distribusi. Kita harus menantang para pemuda Indonesia untuk ikut kontribusi di bidang pertanian dengan ilmunya masing-masing,” tegas Fahd A Rafiq.
“Beberapa masalah pertanian di negeri kita yang hingga kini belum terpecahkan yaitu krisis regenerasi petani, image pertanian kurang perhatian anak muda, rantai perdagangan yang merugikan petani sehingga petani keringatnya diperas oleh para rentenir, moda tekniknya masih tradisional dan fungsi alih lahan,” tutup Fahd A Rafiq.
Baca Juga : Fahd A Rafiq Singgung Politik Dalam Negeri Menuju Indonesia Emas 2045
Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)