Israel Tangkap Puluhan Pria di Sekitar RS Indonesia di Gaza, Mata Ditutup dan Tangan Diborgol
Pasukan Israel menangkap puluhan pria Palestina yang berada di sekitar Rumah Sakit Indonesia di Gaza, para korban ditutup matanya dan tangan diborgol.
BaperaNews - Israel terus memperketat pengepungan di Gaza utara, termasuk area di sekitar Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya.
Pengepungan ini sudah berlangsung lebih dari 20 hari, mengakibatkan Rumah Sakit Indonesia dan dua rumah sakit lain di wilayah tersebut tidak dapat beroperasi dengan baik.
Dalam kondisi ini, militer Israel menangkap puluhan pria Palestina di sekitar rumah sakit, sebagai bagian dari operasi militer di Gaza utara.
Dalam sebuah video yang dirilis oleh militer Israel, terlihat puluhan pria Palestina yang ditangkap di sekitar Rumah Sakit Indonesia. Mereka dipakaikan baju putih, ditutup matanya, diborgol, dan dipaksa berjalan tanpa alas kaki, dikawal tentara bersenjata.
Penangkapan ini dilakukan di daerah Beit Lahiya dan kamp pengungsian Jabalia, wilayah Gaza utara.
Menurut laporan media Israel, KAN, para pria tersebut diduga dipisahkan dari keluarga berdasarkan usia militer, dengan tuduhan bahwa militer Israel "menculik" pria-pria di wilayah tersebut.
Kota Beit Lahiya dan kamp pengungsian Jabalia telah menjadi target operasi militer Israel selama lebih dari 20 hari. Pasukan Israel menghancurkan rumah-rumah warga dan fasilitas perlindungan di Gaza utara.
Laporan dari Quds Network mengungkapkan bahwa tentara Israel membakar tempat penampungan, dengan tujuan mencegah warga kembali ke wilayah tersebut.
Serangan ini meningkatkan kekhawatiran kemanusiaan, terutama karena akses terhadap fasilitas kesehatan dan kebutuhan pokok semakin sulit.
Israel juga menyebarkan selebaran yang memerintahkan warga sipil di penampungan dan rumah sakit untuk mengungsi menuju Rumah Sakit Indonesia.
Baca Juga : Rumah Sakit Indonesia Dibakar Tentara Israel di Gaza
Selebaran ini memperingatkan bahwa siapa pun yang bergerak di luar rute yang ditentukan akan menghadapi bahaya. Pesan peringatan tersebut berbunyi:
"Peringatan Darurat! Kepada semua yang berada di tempat penampungan dan rumah sakit, kalian berada di wilayah pertempuran yang berbahaya. Demi keselamatan, segera bergerak menuju Rumah Sakit Indonesia di tengah Jalan Al-Awda dan Jalan Bait Lahya. Setiap gerakan ke arah lain akan membahayakan hidup kalian!"
Rumah Sakit Indonesia, bersama dengan Rumah Sakit Al-Awda dan Rumah Sakit Kamal Adwan, mengalami krisis akibat pengepungan ini. Ketiganya tidak berfungsi optimal sejak awal Oktober 2024.
Rumah Sakit Indonesia, yang dibangun melalui donasi rakyat Indonesia pada 2011 dan diresmikan 9 Januari 2016, menjadi target serangan Israel yang menuduh fasilitas ini sebagai markas Hamas.
Tuduhan ini dibantah oleh pemerintah Indonesia dan MER-C, inisiator pembangunan rumah sakit tersebut. Pengepungan total Israel telah menyebabkan kelangkaan pasokan medis dan logistik, memperburuk krisis kesehatan di wilayah itu.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu), mengutuk keras pengepungan Israel di Gaza utara. Pada 22 Oktober 2024, Kemlu menyatakan bahwa blokade total Israel menyebabkan kelaparan dan kematian warga Palestina, serta menghambat bantuan kemanusiaan.
Indonesia menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk segera bertindak menghentikan serangan yang terus berlanjut di Gaza.
Dalam pernyataannya, Kemlu menegaskan bahwa serangan Israel yang menargetkan fasilitas kesehatan dan tenaga medis, termasuk Rumah Sakit Indonesia, merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional, hukum humaniter, dan hak asasi manusia.
Pemerintah Indonesia menuntut agar Israel menghentikan serangan ini dan memberikan perlindungan terhadap fasilitas medis serta korban perang tanpa pengecualian.
Baca Juga : Israel Kuasai RS Indonesia Gaza, Bakal Diubah jadi Markas IDF