Rumah Sakit Indonesia Dibakar Tentara Israel di Gaza
Pasukan Israel membakar Rumah Sakit Indonesia di Gaza, menghancurkan fasilitas medis dan menyebabkan korban jiwa di tengah krisis kemanusiaan yang semakin parah.
BaperaNews - Pasukan Israel membakar Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, yang terletak di bagian utara wilayah tersebut, pada Senin (21/10).
Peristiwa ini terjadi setelah pengepungan dan serangan artileri yang dilakukan tentara Israel terhadap rumah sakit itu pada Sabtu (19/10).
Rumah Sakit Indonesia, yang dibangun dengan dukungan masyarakat Indonesia, telah menjadi target dalam konflik bersenjata yang terus berlangsung di Jalur Gaza.
Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan bahwa tentara Israel membakar lantai atas RS Indonesia, yang terletak di Beit Lahia, Gaza utara.
Kejadian ini disertai serangan terhadap generator rumah sakit, yang mengakibatkan terputusnya aliran listrik dan menyebabkan kematian beberapa pasien yang bergantung pada perangkat oksigen.
Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi bahwa generator tersebut dibom oleh pasukan Israel, menyebabkan gangguan listrik yang fatal.
Video pembakaran RS Indonesia segera viral di media sosial, memperlihatkan visual tragis dari fasilitas medis yang menjadi korban konflik.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan tersebut tidak hanya merusak fasilitas medis, tetapi juga menambah korban jiwa akibat keterbatasan perawatan medis di tengah pengepungan.
Pasukan Israel juga membatasi pergerakan staf rumah sakit, sehingga jenazah korban harus dikuburkan di dalam kompleks rumah sakit yang masih dalam pengepungan.
Baca Juga : Israel Kuasai RS Indonesia Gaza, Bakal Diubah jadi Markas IDF
Situasi Darurat di Rumah Sakit Indonesia
RS Indonesia telah menjadi salah satu pusat layanan kesehatan utama di Gaza utara, terutama sejak diserahterimakan kepada pemerintah Palestina pada tahun 2016.
Rumah sakit ini dibangun dengan dana donasi dari masyarakat Indonesia melalui inisiatif MER-C, sebuah organisasi kemanusiaan yang berfokus pada bantuan medis.
Dalam serangan yang terjadi pada 19 Oktober, dua pasien meninggal dunia karena tidak mendapatkan pasokan oksigen setelah listrik padam akibat pemboman.
Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan pada 20 Oktober, MER-C mengecam keras serangan Israel terhadap RS Indonesia. Organisasi tersebut menekankan bahwa rumah sakit ini tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas medis, tetapi juga sebagai simbol harapan bagi rakyat Palestina.
MER-C menyatakan telah berupaya mengembangkan layanan kesehatan di rumah sakit tersebut hingga serangan brutal yang terjadi pada tahun 2023.
RS Indonesia sebelumnya dikenal sebagai rumah sakit dengan fasilitas medis terbaik di Gaza utara, serta rumah sakit terbesar kedua di Jalur Gaza.
Namun, serangan yang dilancarkan tentara Israel telah menghancurkan sebagian besar fasilitas rumah sakit ini, menambah derita warga Gaza yang telah lama terjebak dalam konflik berkepanjangan.
Serangan Berlanjut di Gaza Utara
Selain RS Indonesia, tentara Israel juga menyerang RS al-Awda di Jabalia pada Sabtu (19/10), serta RS Kamal Adwan. Serangan terhadap RS al-Awda memutus aliran listrik, memperburuk situasi medis di wilayah tersebut.
Saksi mata di Jabalia melaporkan bahwa keadaan di daerah itu semakin memburuk sejak serangan dimulai.
Saksi lainnya, Yousri Qarmout, mengungkapkan bahwa tentara Israel juga membakar bangunan tempat ribuan orang berlindung di Beit Lahia.
"Kebakaran belum berhenti, dan asap telah menyebar ke sebagian besar wilayah Gaza utara, sementara ledakan terus terjadi tanpa henti," ujarnya.
Pihak Israel menyatakan operasi militer di Jabalia bertujuan menghentikan pergerakan pejuang Hamas, yang menurut mereka tengah mempersiapkan serangan balasan terhadap Israel.
Namun, serangan ini telah memperparah krisis kemanusiaan di Gaza, terutama dengan hancurnya infrastruktur vital seperti rumah sakit dan jaringan komunikasi.
Krisis Medis di Gaza
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkritik Israel atas tindakan yang menghalangi masuknya bantuan medis ke Gaza. Setidaknya 50 pekerja medis dari delapan kelompok bantuan dicegah masuk oleh tentara Israel.
WHO juga mendesak agar bahan bakar, makanan, dan tenaga medis segera dikirim ke rumah sakit di Gaza utara, yang kewalahan menangani jumlah korban yang terus bertambah.
Gaza, yang dulunya menjadi rumah bagi sekitar separuh dari 2,3 juta penduduknya, kini berada dalam kondisi porak-poranda akibat serangan militer Israel.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa lebih dari 42.000 warga Palestina telah tewas sejak serangan Israel dimulai.
Dengan terbatasnya akses ke perawatan medis dan suplai penting lainnya, krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk seiring intensifikasi konflik antara Israel dan Hamas.
Baca Juga : Kehabisan Bahan Bakar, RS Indonesia di Gaza Pakai Minyak Goreng Untuk Operasional