CEO JPMorgan Jamie Dimon Sebut Perang Dunia 3 Telah Dimulai

CEO JPMorgan, Jamie Dimon, menyampaikan bahwa Perang Dunia 3 (PD 3) sudah dimulai, akibat konflik global yang saat ini terjadi di Ukraina dan Timur Tengah.

CEO JPMorgan Jamie Dimon Sebut Perang Dunia 3 Telah Dimulai
CEO JPMorgan Jamie Dimon Sebut Perang Dunia 3 Telah Dimulai. Gambar : Dok. Janvhi Bhojwani | CNBC

BaperaNews - CEO JPMorgan, Jamie Dimon, menyatakan bahwa dunia sedang berada di tahap awal dari apa yang disebutnya sebagai Perang Dunia 3 (PD 3). Hal ini disampaikan Dimon dalam pidatonya di Institut Keuangan Internasional pada Selasa (29/10).

Menurutnya, konflik global saat ini, seperti di Ukraina dan Timur Tengah, menjadi pemicu utama eskalasi ini.

Dimon menilai bahwa situasi tersebut menunjukkan pola koordinasi yang kian luas antar negara, mencerminkan tanda-tanda awal perang global.

Dimon menyoroti konflik Ukraina sebagai salah satu faktor utama ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat, dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Washington dan sekutu-sekutunya di Eropa mendukung Kyiv dengan bantuan militer dan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Langkah ini memicu respons dari Rusia yang berulang kali mengancam tindakan balasan nuklir terhadap Barat. 

"PD 3 telah dimulai. Pertempuran di lapangan telah dikoordinasikan di banyak negara," tegas Dimon.

Sementara itu, di Timur Tengah, konflik antara Israel dan kelompok Hamas sejak 7 Oktober 2023 semakin memperkeruh situasi. Konflik ini meluas hingga Lebanon, dengan Iran turut terlibat di pihak Palestina, menambah kompleksitas dan memicu kekhawatiran akan eskalasi yang lebih besar.

Ketegangan yang melibatkan Rusia, Iran, dan Korea Utara, yang disebut Dimon sebagai “poros jahat,” turut memperparah situasi. Bersama China, negara-negara ini dinilai berpotensi melemahkan organisasi internasional seperti NATO.

China sendiri terlibat dalam beberapa ketegangan regional, terutama terkait Taiwan serta klaim teritorial di Laut China Selatan dan Timur. 

Meski Amerika Serikat menantang klaim ini, Beijing tetap mempertahankan posisinya, yang berpotensi memicu konflik lebih lanjut.

Baca Juga : Bom yang Dijatuhkan ke Gaza Disebut Lampaui Perang Dunia II

Dimon memperingatkan bahwa Amerika Serikat harus aktif menangani ketegangan internasional ini dan tidak bersikap pasif. Ia menekankan pentingnya intervensi yang tepat untuk mengelola masalah-masalah yang muncul agar situasi tidak semakin memburuk.

"Kita harus memastikan bahwa kita terlibat dalam menyelesaikannya dengan benar," ujarnya.

Perang Dingin yang berakhir pada 1991 menciptakan periode perdamaian relatif antara Amerika Serikat dan Rusia. Namun, profesor ilmu politik dari Ohio State University, Paul Beck, menilai situasi kini menunjukkan pola Perang Dingin lama, terutama lewat konflik Ukraina.

Beck juga menyebut adanya ketegangan mirip Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Iran, yang semakin memanas seiring keterlibatan Iran dalam konflik Israel-Palestina dan ketegangan dengan China terkait Taiwan.

Menurut Beck, meski situasi ini belum bisa disebut sebagai Perang Dunia 3, tanda-tandanya mulai terlihat, dengan ketegangan di Asia, Timur Tengah, dan Eropa menunjukkan pola perang besar.

Meski mengakui kemungkinan penurunan eskalasi, Dimon memperingatkan bahwa dampak konflik bisa memiliki konsekuensi besar jika dibiarkan tanpa solusi yang tepat.

"Saya berbicara tentang risiko jika keadaan memburuk. Skenario yang mungkin terjadi bisa mengejutkan Anda," ungkapnya.

Pernyataan Dimon menyoroti pentingnya langkah diplomatik dan keterlibatan internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Dengan ketegangan yang terus meningkat, peran Amerika Serikat dalam mengelola konflik dipandang krusial oleh Dimon dan pengamat geopolitik lainnya.

Ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat, serta eskalasi di Timur Tengah dan Asia, menunjukkan tantangan berat bagi stabilitas global.

Konflik di Ukraina, ancaman dari Iran, serta ketegangan dengan China terkait Taiwan memperlihatkan pola ketegangan meluas di berbagai wilayah. 

Dimon mengingatkan agar Amerika Serikat dan masyarakat internasional tidak lengah menghadapi perkembangan situasi yang dapat berdampak lebih luas.

Dalam menghadapi risiko ini, keterlibatan negara-negara besar dan diplomasi internasional menjadi sangat penting untuk menghindari Perang Dunia 3 dalam skala yang lebih besar.

Baca Juga : Yaman di Bombardir Amerika: Memicu Bahaya Perang Dunia III