BaperaNews - Pada Jumat, 12 Januari 2024, Amerika Serikat dan Inggris secara resmi melancarkan serangkaian operasi militer di Timur Tengah, menargetkan wilayah Yaman dengan serangan intensif.
Aksi militer ini, yang menandai eskalasi signifikan dalam konflik regional, meningkatkan kekhawatiran global tentang potensi pecahnya Perang Dunia-III.
Dilaporkan oleh VIVA Militer, koalisi militer AS dan Inggris melakukan 23 serangan di Al Hudayah (Hodeidah), Saada, dan Sana'a. Departemen Pertahanan AS telah mengonfirmasi serangan tersebut, menyatakan bahwa target utama adalah fasilitas milisi Houthi (Ansar Allah) di Yaman.
Serangan ini mencakup empat serangan di Bandara Internasional Sana'a, delapan di Bandara Internasional Al Hudayah, dan tiga di kamp militer di kota Saada. Selain itu, serangan juga dilakukan di kamp Brigade Mekanis ke-22 di Al-Jand Taiz dan bandara di Al-Hawban.
Baca Juga : Pangeran Abdul Mateen Sah Menikah dengan Anisha Rosnah, Segini Maharnya!
Serangan ini dilakukan setelah resolusi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghentikan serangan di perairan Laut Merah, sebagai respons atas serangan milisi Houthi yang berulang kali terjadi terhadap kapal-kapal komersial dan militer AS yang melintasi wilayah tersebut. Milisi Houthi dikenal sering menargetkan kapal-kapal di Laut Merah, meningkatkan tensi di kawasan strategis tersebut.
Presiden AS, Joe Biden, secara terbuka mengakui bahwa serangan rudal Tomahawk di Yaman adalah perintah langsung darinya. Dalam pernyataannya, Biden menegaskan komitmennya untuk mengakhiri ancaman Houthi di Laut Merah.
“Hari ini atas arahan saya, pasukan militer AS, bersama dengan Inggris dan dengan dukungan dari Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda, berhasil melakukan serangan terhadap sejumlah sasaran di Yaman," ujar Biden.
Dia juga menyebutkan bahwa sasaran di Yaman telah digunakan oleh pemberontak Houthi untuk membahayakan kebebasan navigasi di salah satu saluran air paling penting di dunia.
Serangan ini merupakan balasan langsung terhadap tindakan milisi Houthi yang telah menyerang kapal-kapal perang AS dan kapal-kapal kargo internasional.
“Serangan-serangan ini merupakan respons langsung terhadap serangan-serangan Houthi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kapal-kapal maritim internasional di Laut Merah," tambah Biden, menekankan penggunaan rudal balistik anti-kapal untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Konflik ini terjadi di tengah keadaan global yang sudah tegang akibat Perang Rusia-Ukraina yang belum juga berakhir, serta serangan militer Israel yang terus berlanjut di Gaza. Situasi di Yaman, terutama dengan bombardir Yaman oleh AS dan sekutunya, memperburuk ketegangan dan memicu kekhawatiran akan pecahnya Perang Dunia III.
Peningkatan konflik di Yaman ini menandai titik kritis dalam dinamika kekuatan global, di mana tindakan militer oleh negara-negara besar dapat memiliki konsekuensi yang luas dan tidak terduga. Dengan Yaman di bombardir, keadaan di Timur Tengah semakin tidak stabil, menambah ketidakpastian dalam skala internasional.
Serangan ini menunjukkan eskalasi yang signifikan dalam konflik regional dan global, menyoroti kerentanan wilayah strategis seperti Laut Merah dalam geopolitik modern.
Dengan AS dan sekutunya meningkatkan intervensi mereka, dunia menunggu untuk melihat dampak jangka panjang dari keputusan ini, terutama terkait dengan potensi dampaknya terhadap stabilitas global dan risiko perang dunia ke-III.
Baca Juga : Imbas Pemotongan Gaji PNS, Kerusuhan Terjadi di Papua Nugini