BMKG: NTT Dilanda Suhu Dingin Capai 8 Derajat Celcius

BMKG menjelaskan penyebab suhu dingin hingga 8°C di NTT yang disebabkan oleh intrusi udara dingin dari Australia.

BMKG: NTT Dilanda Suhu Dingin Capai 8 Derajat Celcius
BMKG: NTT Dilanda Suhu Dingin Capai 8 Derajat Celcius. Gambar : Ruteng/Dewi Magazine

BaperaNews - Seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam beberapa waktu terakhir dilanda suhu dingin yang mencapai hingga 8 derajat Celsius. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa fenomena ini disebabkan oleh intrusi udara dingin dari wilayah Australia. 

Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Patricia Christin Seran, menjelaskan pada Rabu (17/7), bahwa suhu dingin yang melanda NTT setiap bulan Juni dan Juli dipicu oleh gerak semu matahari yang masih berada di belahan bumi utara.

"Tekanan udara di utara lebih rendah dari tekanan di selatan atau Australia," ujar Maria Patricia Christin Seran.

Selama periode monsun Australia, angin yang bertiup dari Benua Australia membawa massa udara yang lebih kering dan dingin. Saat ini, Australia sedang mengalami musim dingin, yang memperkuat intrusi udara dingin ke wilayah NTT.

Maria juga menjelaskan bahwa rendahnya kandungan uap air di atmosfer turut berkontribusi pada suhu dingin ini.

"Uap air berfungsi untuk menyerap panas. Berkurangnya uap air pada musim kemarau menyebabkan panas dari permukaan bumi terlepas ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi pada malam hari," katanya. 

Selain itu, topografi dan posisi geografis NTT juga memengaruhi suhu di daerah tersebut. Daerah berbukit seperti Ruteng mencatat suhu minimum mencapai 8 derajat Celsius dalam dua hari terakhir, sementara Labuan Bajo, yang memiliki topografi lebih rendah, mencatat suhu minimum 20-21 derajat Celsius.

Baca Juga: BMKG Buka Suara Soal Penyebab Suhu Dingin yang Belakangan Ini Dirasakan Saat Malam Hari

BMKG menyebut fenomena suhu dingin yang melanda NTT ini sebagai kejadian wajar saat musim kemarau. Suhu dingin tidak hanya dirasakan di NTT, tetapi juga di wilayah Jawa bagian selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menurut BMKG, fenomena ini diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2024.

Maria Patricia Christin Seran menjelaskan bahwa gerak semu matahari yang berada di belahan bumi utara menyebabkan tekanan udara di belahan bumi selatan, khususnya di Australia, lebih tinggi. Tekanan udara ini membawa angin dingin dari Australia ke wilayah NTT.

“Angin dari Benua Australia membawa massa udara yang bersifat lebih kering dan dingin,” ujar Maria.

BMKG mengimbau masyarakat NTT untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan menjaga kesehatan selama periode suhu dingin ini. Peralihan suhu dari malam hingga pagi hari yang dingin dapat berdampak pada kesehatan, terutama jika aktivitas di luar ruangan dilakukan pada malam atau dini hari.

“Kami mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan pada malam atau dini hari,” kata Maria. BMKG juga menyarankan masyarakat untuk mengenakan pakaian hangat dan menjaga pola makan yang sehat guna menghindari masalah kesehatan akibat suhu dingin.

Tidak hanya di NTT, fenomena suhu dingin ini juga dirasakan oleh masyarakat di wilayah lain di Indonesia.

BMKG mencatat bahwa suhu dingin juga melanda daerah-daerah di Jawa bagian selatan, Bali, dan NTB. Hal ini menunjukkan bahwa intrusi udara dingin dari Australia memiliki dampak yang luas pada wilayah Indonesia selama musim kemarau.

Intrusi udara dingin yang membawa massa udara kering dan dingin dari Australia ini menyebabkan penurunan suhu yang signifikan di beberapa wilayah. Masyarakat diharapkan tetap waspada dan mengikuti imbauan BMKG untuk menjaga kesehatan dan keselamatan selama periode suhu dingin ini.

Baca Juga: BMKG Jelaskan Cuaca Panas di RI Bukan 'Heatwave'