Australia Tetapkan Beli Vape Wajib Pake Resep Dokter
Australia mengencangkan regulasi pembelian vape dengan syarat resep dokter untuk mengendalikan penggunaan nikotin di kalangan remaja. Baca selengkapnya di sini!
BaperaNews - Pemerintah Australia baru saja mengeluarkan kebijakan baru yang mengharuskan pembeli vape untuk menyertakan resep dokter mulai bulan ini. Aturan ini bertujuan untuk mengendalikan kecanduan nikotin di kalangan generasi muda.
Menurut Menteri Kesehatan Mark Butler, langkah ini merupakan respons terhadap keprihatinan akan peningkatan penggunaan vape di kalangan remaja. Vape hanya boleh dijual di apotek dengan kemasan yang polos dan terbatas pada tiga rasa, yakni mint, mentol, dan tembakau.
Sebelum aturan ini diberlakukan, Australia telah melarang impor vape sekali pakai dan penjualan vape di toko dan peritel. Langkah ini dianggap sebagai upaya yang proaktif untuk mengatasi masalah kesehatan generasi muda.
Namun demikian, ada juga respons negatif terhadap kebijakan ini. Beberapa pihak menyatakan bahwa pembatasan ini bisa mendorong munculnya pasar gelap vape, mirip dengan yang terjadi pada rokok di Australia.
Baca Juga: Pria Idap Paru-paru Bocor Usai Isap Vape Selama 1 Tahun
Sementara itu, Wakil Presiden Nasional dari Pharmacy Guild of Australia, Anthony Tassone, menjelaskan bahwa banyak apoteker menolak menjual vape karena kekhawatiran akan potensi bahaya dan risiko kecanduan tanpa pengawasan resep dokter.
Pakar dari Royal Australian College of General Practitioners, Hester Wilson, menambahkan bahwa meskipun harga rokok di Australia cukup tinggi, banyak pengguna vape mungkin akan beralih kembali ke rokok untuk mendapatkan nikotin jika akses terhadap vape semakin sulit.
Kebijakan ini juga menyebabkan perdebatan terkait kebijakan pajak rokok yang direncanakan akan dinaikkan sebesar 5% pada bulan September mendatang.
Hal ini diperkirakan akan membuat harga rokok semakin mahal di Australia, yang saat ini mencapai sekitar 35 dolar Australia atau sekitar US$ 23 (sekitar Rp377.200) per kotak 20 batang, jauh lebih mahal dibandingkan di Amerika Serikat dan Inggris.