Alasan Tetap Hujan Lebat Dan Petir Saat Musim Kemarau Di Indonesia

Sejumlah wilayah Indonesia masih turun hujan disertai petir meski memasuki kemarau, biasanya hujan turun pada sore hingga malam, di pagi hari cuaca mendung atau sesekali panas terik!

Alasan Tetap Hujan Lebat Dan Petir Saat Musim Kemarau Di Indonesia
Alasan Tetap Hujan Lebat Dan Petir Saat Musim Kemarau Di Indonesia. Gambar: Unsplash.com

BaperaNews - Bulan Mei ini seharusnya sudah masuk musim kemarau, namun di sejumlah wilayah Indonesia masih turun hujan, biasanya hujan turun pada sore hingga malam, di pagi hari cuaca mendung atau sesekali panas terik.

Dosen Sekolah Tinggi Meteorologi dari BMKG, Deni Septiadi mengungkap sebab terjadinya hujan dan es yang belakangan terjadi, “Jika mengacu pada posisi matahari utara selatan, pada Maret – Mei ialah fase peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, bahkan saat ini sejumlah wilayah di Indonesia sudah masuk musim kemarau puncak pada Juni - Agustus” ujarnya hari Jumat 20 Mei 2022.

Dosen yang juga jadi peneliti di BMKG tersebut menjelaskan, secara mikrofisis, proses terjadinya hujan dan hujan es berasal dari atmosfer yang diinisiasi dengan penguapan, konveksi, pemanasan permukaan, dan didukung partikel aerosol sebagai inti kondensasi awan.

“Artinya, di musim peralihan sampai musim kemarau, insolasi matahari bisa sempurna diterima oleh permukaan, maka labilitas atmosfer semakin kuat dan potensi berkembangnya awan di masa ini akan lebih menjulang yakni adanya petir dan angin” jelasnya.

Baca Juga: Sri Sultan Hamengku Buwono X Izinkan Warga Lepas Masker Di Area Malioboro

Sebab itu, di masa peralihan musim, sering terjadi bencana hidrologi seperti banjir bandang, puting beliung, hujan es, hingga petir. Faktor lain yang mendukung ialah hangatnya suhu muka laut di Benua Maritim Indonesia sekitar 1 – 3 derajat celcius.

Deni juga menyebut kondisi La Nina masih terjadi dengan nilai anomaly SST Nino 3.4 sebesar 0,78. “Artinya wilayah BMI amat hangat dan mendukung berkembangnya awan konvektif dengan masif” terangnya.

Hujan es sendiri memang dihasilkan oleh awan cumulonimbus baik itu yang tunggal maupun banyak dengan suhu mencapai -60 - -80 derajat celcius. “Sepanjang ada penguapan tidak terlalu besar, maka batu es yang keluar di sistem sirkulasi konvektif internal awan akan tetap ada di solid es dan menuju ke bawah sebagai hujan es tersebut” pungkasnya.

Jadi masyarakat tidak perlu khawatir, adanya hujan dan mendung di musim yang seharusnya kemarau ini ialah hal yang rawan, tentunya tetap waspada dan memperhatikan fenomena lingkungan, jika sewaktu-waktu terjadi hujan es atau fenomena alam lainnya sudah menyiapkan diri misalnya keluar rumah memakai pelindung payung atau jas hujan agar tidak terkena es tersebut.

Baca Juga: Video Viral Tunggakan BPJS Kesehatan Rp 7 Juta, Bagaimana Solusinya?