Warga Korban Pergerakan Tanah Palabuhanratu Memilih Bertahan di Rumah
Meski cemas dan khawatir, Siti Mayangsari salah satu warga korban dari pergerakan tanah tetap memilih bertahan di rumah meski kondisi rumahnya sudah retak.
BaperaNews - Sebagian warga yang menjadi korban bencana pergerakan tanah di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tepatnya di Kampung Nyalindung memilih untuk tetap bertahan meski dinding, lantai dan pondasinya terdampak pergeseran tanah.
Siti Mayangsari, salah satu korban pergerakan tanah menceritakan bila rumahnya mengalami retak dinding, lantai, dan pondasinya juga terdampak dari pergerakan tanah, namun ia tetap mencoba tinggal dan bertahan disana.
Pergerakan tanah mulai terjadi sejak lebaran tahun 2021 lalu, awalnya ia mengira rumahnya yang berada di Desa Pasirsuren rt 05 rw 03 Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi hanyalah retakan tanah biasa, ternyata semakin hari makin meluas dan merusak hampir seluruh bagian rumahnya.
“Pergerakan tanahnya ternyata tambah meluas dan semakin merusak rumah saya, tapi kami sekeluarga mencoba bertahan disini dulu, tidak mengungsi walaupun kami juga takut rumah tiba-tiba ambruk dan menimpa kami” kata Siti Sabtu 11/12/2021.
Dari pantauan lokasi, dinding rumah Siti nampak sudah retak, lantai keramiknya amburadul bahkan beberapa ruangan sudah amblas diantaranya di dapur dan kamar tidur.
Siti bercerita awalnya setelah Lebaran tahun 2021 lalu ia menemukan retakan di halaman depan rumahnya, selang beberapa hari ada retakan baru di lantai kamarnya, namun ia dan keluarganya saat itu tidak terlalu mengindahkan.
Namun semakin hari retakan tersebut semakin meluas dan besar, puncaknya adalah pada musim hujan dimulai atau sekitar November 2021 kemarin, retakan semakin banyak dan merusak berbagai penjuru rumahnya.
Bahkan Siti dan keluargnya mengaku sudah terbiasa mendengar suara benda patah seperti kayu rumah atau lantai. Saat hari malam dan turun hujan deras, rasa cemasnya memuncak, ia hanya bisa berdoa dan pasrah agar ia dan keluarga diberi keselamatan.
“Kalau mengungsi pun mau kemana, saya dan keluarga gak punya tempat tinggal lain, bantuan dari desa atau pemerintah juga tak ada, saya berharap pemerintah mau memberi bantuan, merelokasi kami kemana saja yang lebih aman. Memang bahaya untuk kami tinggal disini, tapi mau bagaimana lagi, karena keterbatasan kami terpaksa kami tetap tinggal disini” lanjut Siti saat diwawancara.
Sementara mengetahui banyaknya keluhan pergerakan tanah di sekitar lokasi rumah Siti, Bupati Sukabumi Marwan Hamami langsung meminta tim jajarannya untuk memberi bantuan, kini dilakukan upaya antisipasi dengan menunggu kajian dari ahli.
“Kami sudah tahu masalah ini, kami segera memberi upaya antisipasi dan memberi bantuan untuk warga, masalah relokasi kami tunggu dulu dari ahli geologi dan lokasi mana tepatnya untuk bisa memindah mereka. Tapi saya sudah menghubungi dinas terkait untuk memberi mereka beragam bantuan juga untuk upaya relokasi agar minimal dampaknya” ungkap Marwan saat wawancara melalui telepon pada Minggu 12/12/2021.