Video Viral! Batu Nisan China di Semarang Dijadikan Penutup Selokan
Jejeran batu penutup selokan di Kelurahan Jomblang, Kota Semarang merupakan batu nisan China dari abad ke-18 hingga ke-19 Masehi. Simak selengkapnya di sini!
BaperaNews - Video berdurasi satu menit yang menampilkan jejeran batu penutup selokan di Jalan Sapuan Barat, Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, menjadi viral di media sosial.
Video ini menimbulkan perdebatan dan kecaman dari warganet karena batu-batu tersebut diduga merupakan nisan dari orang Tionghoa. Batu-batu tersebut memiliki tulisan Hanzi yang memuat silsilah, marga, dan periode kematiannya, diperkirakan berasal dari abad ke-18 hingga ke-19 Masehi.
Menyikapi hal ini, aparat Kelurahan Jomblang, dengan arahan dari Wali Kota Semarang, melakukan tindakan untuk membongkar belasan batu nisan atau bongpay tersebut.
Lurah Jomblang, Henry Nur Cahyo, mengungkapkan bahwa batu nisan kuno serupa ini memang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, namun asal-usul batu-batu tersebut tidak diketahui.
Henry menjelaskan bahwa sejarah permukiman di Jomblang menunjukkan bahwa daerah tersebut dulunya merupakan area pemakaman orang Tionghoa yang kemudian berubah menjadi perkampungan. Hal ini menjelaskan mengapa banyak batu nisan kuno ditemukan di wilayah tersebut.
Total ada 17 batu nisan yang dibongkar oleh pihak kelurahan dan akan diserahkan ke Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Jawa Tengah. Ketua PSMTI Jateng, Bambang Wuragil, menyesalkan kejadian ini dan berharap pemerintah dapat melakukan upaya persuasif kepada warga agar tindakan seperti ini tidak terulang.
Bambang menegaskan bahwa penggunaan batu nisan China untuk keperluan lain bukanlah hal yang baru, bahkan ada yang menjadikannya tempat pembuangan sampah atau malah dijarah. Hal ini disebabkan karena banyaknya makam kuno yang terlantar karena tidak diurus oleh ahli warisnya.
Baca Juga: Driver Ojol Ludahi Calon Penumpang di Malang, Kini Berakhir Minta Maaf
Pihak PSMTI akan melakukan pendataan terhadap kasus-kasus serupa yang terjadi di daerah lain, dan memberikan bantuan berupa batu beton sebagai pengganti kepada warga yang menggunakan batu nisan tersebut.
Sementara itu, makam yang dijadikan tempat pembuangan sampah akan diberikan tempat pembuangan sampah yang baru, dan kasus penjarahan akan dilaporkan ke pihak berwajib.
Pegiat sejarah Semarang, Rukardi, menegaskan bahwa penyalahgunaan dan penjarahan makam kuno harus dihentikan. Meskipun makam-makam tersebut tidak dirawat oleh ahli warisnya, mereka tetap merupakan bagian dari sejarah Kota Semarang yang harus dijaga.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat memberikan perhatian khusus pada pelestarian makam-makam kuno tersebut, termasuk dengan mendirikan museum peranakan Tionghoa.
Kepala Seksi Sejarah dan Cagar Budaya Pemkot Semarang, Haryadi Dwi Prasetyo, menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pemangku wilayah dan memberikan edukasi kepada warga untuk menjaga makam Tionghoa.
Pemkot juga akan melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap makam-makam tersebut agar bukti memori kolektif Kota Semarang tidak hilang dan bergeser dari nilai sejarahnya.
View this post on Instagram
Baca Juga: Kesal! Emak-emak Ini Smackdown Ular Gegara Ayamnya Dimakan