Siswa SMPN 1 Saptosari Trauma hingga Berhenti Sekolah Usai Diduga Ditampar Kepsek
Seorang siswa SMPN 1 Saptosari berhenti sekolah setelah diduga ditampar oleh kepala sekolah.
BaperaNews - Seorang siswa SMPN 1 Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Jogja, berhenti sekolah setelah diduga mengalami kekerasan fisik oleh kepala sekolah.
Kabar ini pertama kali diunggah oleh akun TikTok @rizna_77 pada Minggu (1/9). Dalam video tersebut, disebutkan bahwa seorang siswa SMPN 1 Saptosari putus sekolah karena ditampar oleh kepala sekolah. Siswa yang tidak disebutkan namanya ini disebut berhenti bersekolah sejak insiden tersebut terjadi.
Ibu siswa yang berinisial Y, memberikan keterangan kepada media bahwa insiden penamparan terjadi pada akhir tahun 2023.
Menurut Y, anaknya hendak pulang setelah mengikuti latihan ujian di sekolah, tetapi dicegat oleh kepala sekolah di depan gerbang. Kepala sekolah tersebut mempertanyakan mengapa siswa itu sudah ingin pulang, padahal waktu belum menunjukkan jam pulang.
"Anak saya bilang sudah selesai mengerjakan soal try out dan hendak pulang ke rumah kami di Saptosari. Setelah menjawab, katanya ditampar di pipi kirinya," ujar Y saat ditemui di Wonosari pada Rabu (4/9).
Setelah kejadian tersebut, anaknya enggan pergi ke sekolah lagi dan memilih untuk tinggal di rumah. Y juga menambahkan bahwa pihak sekolah sempat berupaya membujuk anaknya untuk kembali ke sekolah, namun gagal.
Baca Juga: Mobil Kepsek Tabrak Siswa SD yang Lagi Gerak Jalan, 1 Dikabarkan Tewas, 4 Orang Luka-luka
Kini, siswa tersebut sudah secara resmi berhenti bersekolah setelah menandatangani surat pengunduran diri.
"Setelah kejadian itu, sekolah datang ke rumah, membujuk anak saya untuk kembali. Tapi dia tetap tidak mau. Mereka akhirnya menyodorkan surat pengunduran diri, yang saya tandatangani," ujar Y.
Menanggapi tudingan tersebut, Kepala Sekolah SMPN 1 Saptosari, Emy Indarti, membantah bahwa dirinya melakukan penamparan terhadap siswa yang bersangkutan.
Dalam wawancara dengan wartawan di Saptosari, Rabu, (4/9), Emy menegaskan bahwa siswa tersebut telah mengundurkan diri dari sekolah sejak Januari 2024, jauh sebelum kabar ini viral.
"Tidak ada pemukulan. Siswa yang bersangkutan sudah mengundurkan diri sejak awal tahun," kata Emy.
Emy juga menjelaskan bahwa siswa tersebut memang sudah jarang masuk sekolah sejak awal 2023, ketika duduk di kelas 2. Pihak sekolah pun telah melakukan beberapa kali mediasi dengan orang tua siswa tersebut, namun siswa tetap absen dalam waktu yang cukup lama.
"Kami sudah mengundang orang tua untuk mediasi pada bulan Agustus 2023, karena siswa tersebut jarang hadir di sekolah. Jadi bukan karena ada pemaksaan atau pengeluaran dari pihak sekolah. Siswa tersebut mengundurkan diri dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan di pondok pesantren," jelasnya.
Emy menegaskan bahwa sekolah tidak pernah memaksa siswa tersebut untuk berhenti, melainkan menanyakan kesiapannya untuk melanjutkan sekolah atau tidak.
Pihak sekolah juga menyampaikan bahwa siswa ini bahkan tidak mengambil rapor pada semester 1, yang menunjukkan kurangnya minat untuk terus bersekolah di SMPN 1 Saptosari.
Dinas Pendidikan Gunungkidul turut memberikan klarifikasi terkait kasus ini. Kepala Dinas Pendidikan Gunungkidul, Nunuk Setyowati, menyatakan bahwa siswa yang mogok sekolah setelah diduga ditampar oleh kepala sekolah telah bersedia untuk kembali bersekolah. Namun, siswa tersebut meminta untuk pindah sekolah dari SMPN 1 Saptosari.
"Orang tuanya sudah datang ke Dinas, dan mereka menyambut baik bahwa anaknya ingin kembali bersekolah, tapi di sekolah lain," jelas Nunuk kepada wartawan pada Rabu (4/9). Hingga kini, orang tua siswa tersebut belum menentukan sekolah baru yang akan dituju.
Nunuk juga menambahkan bahwa pihaknya akan memfasilitasi keinginan siswa tersebut, dengan syarat bahwa siswa tersebut berjanji untuk menaati peraturan di sekolah baru yang dipilihnya.
"Nanti kita carikan sekolah sesuai dengan pilihannya, bisa negeri atau swasta, yang dekat dengan rumahnya," ujarnya.
Baca Juga: Guru Segel Sekolah di Kupang Imbas Gaji 4 Bulan Diselewengkan Kepsek