Jasa Sewa Pacar Semakin Marak, Ini Pendapat Psikolog
Psikolog Klinik Reynitta Poerwoto beri tanggapan adanya fenomena jasa sewa pacar untuk menemani berkencan yang kini menjadi hal lumrah.
BaperaNews - Sewa pacar atau rental pacar kini hal lumrah yang ditemui di Jakarta, penyedia jasa mematok tarif puluhan ribu untuk jasa mengirim foto hingga ratusan ribu untuk menemani berkencan atau bepergian selama beberapa jam.
Jasa sewa pacar ini dinilai sebagai cara instan bagi anak muda melepas keresahan yang mereka alami. Fenomena ini pun ditanggapi oleh Psikolog Klinik Reynitta Poerwoto. Ternyata, kebutuhan untuk ditemani orang lain ialah alasan terbesar hadirnya fenomena jasa sewa pacar tersebut.
“Salah satunya kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan orang lain, perasaan itu bisa muncul karena manusia ialah makhluk sosial, kebutuhan ini kurang terpenuhi, ini alasan beberapa orang memakai jasa penyewaan ini” ujarnya pada Kamis (27/10).
Alasan lain adanya jasa sewa pacar ialah kesepian, hal ini membuat seseorang merasa ingin ditemani, karena secara psikologi, orang-orang di sekitarnya belum tentu bisa memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial.
“Perasaan kesepian tidak hanya di satu Negara saja. Di Jepang misalnya banyak kita dengar, di Indonesia ternyata juga banyak yang merasa kesepian, bisa terjadi pada siapa saja dimana umur berapa saja” sambungnya.
Baca Juga : Pasangan Belum Menikah Tapi Nekat Check-In Hotel Bisa Kena Pidana
“Orang bisa merasa kesepian ketika berada di tengah teman-teman yang sangat banyak, perasaan yang kita miliki itu sifatnya di bawah alam bawah sadar, kita nggak bisa menilai orang yang banyak temannya itu ga kesepian, banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya” lanjutnya.
Alasan lain adanya jasa sewa pacar ialah untuk memenuhi ekspektasi orang lain, seringkali seseorang dituntut untuk segera memiliki pacar, membuat jasa sewa pacar instan jadi satu-satunya pilihan.
“Mungkin juga ada ekspektasi yang ditujukan untuk orang tersebut, merasa lebih aman jika datang ke acara kawinan dengan membawa pacar, kalau ke pertemuan bawa pacar biar ga ditanya-tanya terus misalnya” pungkasnya.
Namun, jasa sewa pacar ini beda dengan BO (Open Booking) atau Friend with Benefit (FWB) yang menjurus pada prostitusi.
“Bedanya yang berhubungan atau tidak dengan seksual, yang aku tau, itu chatting curhat per jam ada bayarannya, tapi apa mungkin mengarah ke seksual? Selama tidak ada, artinya ada batasannya” tutupnya.
Banyak yang menganggap menyewa pacar ialah solusi cepat atas masalah yang dihadapi. Namun hal itu ternyata tidak selalu menyelesaikan masalah, Reynitta Poerwoto menyarankan bagi mereka yang kesepian untuk mencari solusi yang sifatnya jangka panjang.
Namun, pada akhirnya jasa sewa pacar ini tetap tumbuh dan terus subur di Jakarta dan kota sibuk lain, solusi jangka panjang diharapkan disiapkan seperti menyediakan psikiater atau psikolog.
Baca Juga : Kisah Haru Nika Gadis Rusia Kabur Ke Indonesia, Peluk Islam Hingga Menikah