Imbas Pemotongan Gaji PNS, Kerusuhan Terjadi di Papua Nugini

Ibu Kota Papua Nugini, Port Moresby terjadi kerusuhan yang cukup menegangkan akibat adanya keputusan pemotongan gaji pegawai negeri.

Imbas Pemotongan Gaji PNS, Kerusuhan Terjadi di Papua Nugini
Imbas Pemotongan Gaji PNS, Kerusuhan Terjadi di Papua Nugini. Gambar : AFP/Andrew Kutan

BaperaNews - Kerusuhan melanda Papua Nugini, khususnya Ibu Kotanya, Port Moresby, dan satu kota lainnya, mengakibatkan sedikitnya 15 orang tewas. 

Insiden kerusuhan di Papua Nugini ini berawal dari protes terhadap pemotongan gaji pegawai negeri, yang menyulut kemarahan ratusan orang hingga mengakibatkan aksi penjarahan dan kebakaran bangunan.

Perdana Menteri James Marape menyatakan lebih dari 1.000 pasukan siap siaga untuk dikerahkan sewaktu-waktu demi meredakan situasi yang semakin tegang. 

Pada Kamis (11/01), Marape mengumumkan bahwa ketegangan di Ibu Kota telah mereda, dan tambahan aparat polisi telah dikerahkan untuk menjaga ketertiban.

Kronologi kerusuhan di Papua Nugini ini berawal pada Rabu (10/01) ketika ratusan orang, termasuk polisi dan pegawai negeri, turun ke jalan untuk memprotes pemotongan gaji mereka. 

Pemerintah Papua Nugini menyatakan pemotongan tersebut merupakan kesalahan administratif, bukan kebijakan penurunan gaji yang disengaja.

Aksi protes yang awalnya damai berubah menjadi kerusuhan. Delapan orang dilaporkan tewas dalam kerusuhan di Port Moresby, sementara tujuh orang lainnya meninggal di Kota Lae, di utara negara tersebut. 

Aksi penjarahan dan pembakaran bangunan, termasuk pusat perbelanjaan mewah, menjadi gambaran kekacauan di beberapa kota.

Pemerintah melibatkan tentara untuk mengatasi kerusuhan, dan pihak berwenang menegaskan bahwa pemotongan gaji adalah kesalahan teknis, bukan keputusan sengaja untuk mengurangi pendapatan pegawai negeri hingga 50%. 

Baca Juga : Presiden Ekuador Umumkan Perang Dengan Gangster Narkoba

Perdana Menteri Marape menyatakan dalam konferensi pers bahwa kerusuhan ini dipicu oleh informasi yang keliru di media sosial, yang menyebabkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat.

Tentara, polisi, dan staf penjara turut serta dalam unjuk rasa damai pada Rabu (10/1) pagi setelah menyadari pemotongan gaji mereka. Namun, situasi berubah drastis pada sore hari ketika kerusuhan menyebar ke seluruh Port Moresby.

Sebagian besar aksi kekerasan telah mereda pada Rabu (10/1) malam, namun imbasnya akan terus terasa. Terdapat laporan korban luka tembak yang ditangani oleh petugas ambulans, dan bahkan tembakan dilaporkan dekat kompleks kedutaan Amerika Serikat.

Reaksi pemerintah Australia tidak tertunda. Negara tetangga dan mitra keamanan utama Papua Nugini mendesak agar ketenangan kembali terwujud di negara tersebut. 

Marape, yang sebelumnya bertemu dengan pemimpin Australia, belum meminta bantuan kehadiran pasukan penjaga perdamaian dari negara tersebut.

Di tengah kondisi ekonomi yang memburuk, Marape menghadapi tekanan yang semakin besar, termasuk upaya mosi tidak percaya dari pihak oposisi. 

Pemerintah Papua Nugini telah berkomitmen untuk memperbaiki kesalahan administratif terkait pemotongan gaji dan menegaskan dukungan terhadap kesejahteraan masyarakat.

Namun, aksi protes yang awalnya terfokus pada pemotongan gaji ternyata menjadi pintu keluar untuk ekspresi ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan sosial yang sulit. 

Samson Komati, analis dari PNG Think Tank, menyatakan bahwa kejadian ini mencerminkan penderitaan yang dialami oleh berbagai lapisan masyarakat di Papua Nugini.

Baca Juga : Geng Narkoba Ekuador Ancam Eksekusi Warga di Jalanan